Diikuti 370 Peserta, Utsawa Dharma Gita ke-32 Siap Digelar

UDG – Tahun ini Pemprov Bali kembali menggelar UDG dalam upaya melestarikan aksara, bahasa dan sastra Bali.
DENPASAR – baliprawara.com
Pemerintah Provinsi Bali melalui Dinas Kebudayaan akan menggelar Utsawa Dharma Gita ke-32 Tahun 2025 pada 24–29 Oktober 2025 di Taman Budaya, Denpasar. Kegiatan tahunan ini akan melombakan sembilan mata lomba yang diikuti oleh 370 peserta dari hampir seluruh kabupaten/kota se-Bali.
Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali, Prof. Dr. I Gede Arya Sugiartha, menjelaskan bahwa pelaksanaan Utsawa Dharma Gita merupakan bagian dari upaya berkelanjutan untuk melestarikan bahasa, aksara, dan sastra Bali.
“Utsawa Dharma Gita tahun ini akan diikuti hampir seluruh kabupaten/kota di Bali. Ada sembilan mata lomba yang dipertandingkan, dan seluruhnya akan berlangsung di kawasan Taman Budaya,” ujar Prof. Arya Sugiartha didampingi Kepala Bidang Sejarah dan Dokumentasi Made Dana Tenaya, S.E, M.M. di Kantor Disbud Privinsi Bali, Rabu (15/10/2025).
Adapun sembilan mata lomba yang akan digelar antara lain membaca Sloka, membaca Palawakya, Membaca Kakawin, Kidung, Dharmawiwada, Dharmawacana Berbahasa Bali, Dharmawacana Berbahasa Inggris, Menghapal Sloka dan lomba Gaguritan.
Selain lomba, penyelenggara juga menyiapkan pergelaran kesenian di sela-sela kompetisi. Pertunjukan ini merupakan hasil kerja sama dengan UPT Taman Budaya dan akan menampilkan berbagai seni pertunjukan daerah.
“Sambil menunggu giliran lomba, peserta dan masyarakat dapat menikmati sajian seni serta hiburan budaya Bali. Ini juga menjadi ruang ekspresi bagi seniman lokal,” tambahnya.
Pelestarian di Tengah
Arus Globalisasi
Prof. Arya Sugiartha menegaskan, kegiatan ini tidak sekadar ajang lomba, tetapi juga menjadi bagian dari program pembinaan berkelanjutan dalam rangka pelestarian bahasa, aksara, dan sastra Bali di tengah derasnya arus globalisasi.
“Pembinaan sastra Bali terus digencarkan untuk menjaga bahasa ibu agar tidak tergerus zaman,” tegasnya.
Menurutnya, berbagai aspek sastra Bali seperti Sekar Alit, Sekar Madya, dan Sekar Agung tetap dilestarikan melalui pembinaan yang dilakukan bersama Lembaga Bahasa dan Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Bali. Program ini juga merupakan implementasi dari Perda Nomor 1 Tahun 2018 dan Perda Nomor 80 Tahun 2018 tentang Bahasa, Aksara, dan Sastra Bali.
Walaupun tahun ini tidak diadakan lomba tingkat nasional oleh Kementerian Agama, Pemerintah Provinsi Bali tetap menyelenggarakan Utsawa Dharma Gita tingkat provinsi sebagai bentuk komitmen pembinaan generasi muda.
“Bali kini berada di masa peralihan menuju era industri dan teknologi. Karena itu, menjaga eksistensi budaya lokal, termasuk bahasa dan sastra Bali, menjadi tantangan yang harus kita hadapi bersama,” ujarnya.
Pemerintah Provinsi Bali berkomitmen agar bahasa daerah tetap hidup berdampingan dengan bahasa nasional dan bahasa asing yang kini banyak digunakan di dunia pendidikan dan pariwisata.
“Bahasa daerah harus dilindungi. Bahasa Indonesia digunakan untuk pergaulan formal, bahasa asing untuk interaksi global, namun bahasa ibu jangan sampai dilupakan,” tegas Prof. Arya.
Ia menambahkan, bahasa dan sastra Bali mengandung nilai moral, kebijaksanaan, dan ajaran kehidupan yang membentuk karakter masyarakat Bali. Melalui kegiatan seperti Utsawa Dharma Gita, nilai-nilai luhur tersebut diharapkan terus diwariskan kepada generasi muda.(MBP2)