“Dipaksa” Menerapkan Strategi Efektif dan Efisien, Banyak Pemilik Usaha Menemukan Ide-ide Baru
DENPASAR – baliprawara.com
Pandemi Covid-19 ternyata mengajarkan banyak hal dan mengubah berbagai hal yang berhubungan dengan aktivitas dan rutinitas usaha. Salah satu yang diamati oleh Direktur Bali Business Network (BBN), I Made Abdi Negara adalah penjualan yang anjlok, namun kondisi yang tetap harus mengoperasikan usaha terutama untuk level skala kecil dan menengah memaksa para pemilik usaha harus turun tangan sendiri.
“Hal ini banyak kami amati terjadi di kawasan Kintamani, dimana pemilik usaha resto, café dan coffee shop banyak yang terpaksa harus turun tangan untuk membeli bahan baku produksi usahanya dengan berbagai alasan,“ ujarnya ditemui dalam persiapan Program Pelatihan Baking Demo yang diadakan oleh Toko Bahan Kue Aromaku, Selasa (9/3).
Turun tangannya pemilik usaha ini dilakukan karena beberapa alasan, pertama; kunjungan pelanggan yang menurun berpengaruh langsung pada pendapatan usaha sehingga pemilik usaha harus mengurangi biaya-biaya dan salah satunya adalah pengurangan jam kerja atau bahkan pemberhentian sementara pekerja yang bertugas di divisi supporting. “Salah satu kandidat biasanya adalah SDM di divisi pendukung seperti buyer atau bagian pembelian,” jelasnya.
Alasan kedua adalah aktivitas pemilik usaha yang terbatas, menyebabkan mereka memiliki waktu yang cukup banyak untuk belanja sendiri secara langsung kebutuhan bahan baku untuk usahanya. “Di cluster ini, pemilik usaha cenderung ingin merasakan langsung proses pembelian dan pencarian bahan baku untuk usahanya, ini menjadi semacam pengalaman berulang atau bahkan pengalaman baru sama sekali bagi pemilik usaha,” imbuhnya.
Kedua alasan yang dominan ini, selain alasan alasan lain yang diperoleh dari pengamatan maupun hasil wawancara terbatas dengan pelaku usaha ternyata menimbulkan banyak efek positif.
Abdi, yang juga merupakan pengusaha muda asal Kabupaten Jembrana ini menuturkan, banyak pemilik usaha yang memanfaatkan momen “keterpaksaan” ini untuk mereview lagi sistem di usaha yang sebelumnya tidak terlalu diperhatikan hingga ke hal yang teknis karena sudah diserahkan kepada manajemen. Di beberapa kondisi, bahkan pemilik usaha memanfaatkan hal ini untuk mengajak calon penerus usahanya yang sebelumnya masih sekolah atau kuliah untuk ikut serta mengurus dan merasakan bagaimana praktek pengelolaan usaha secara langsung.
“Ini kemudian menjadi pengalaman positif, pelaku usaha bisa lebih menghemat pendapatan yang sangat terbatas dan keterlibatan keluarga dapat menimbulkan adanya ide ide baru yang segar dan berguna bagi usaha yang dikelola,” imbuhnya.
Pemilik Usaha juga menyatakan banyak menemukan cara untuk menghemat biaya produksi dibandingkan dengan kondisi saat normal. Contohnya dituturkan Abdi, adalah pembelian bahan baku yang dilakukan secara langsung di pasar atau toko penyedia bahan baku yang ternyata bisa lebih murah harganya dan tidak harus membeli dalam jumlah besar seperti saat bekerjasama dengan supplier, sehingga bisa mengendalikan potensi bahan baku rusak dan pengeluaran awal yang terlalu besar.
“Banyak pemilik usaha resto dan café serta coffee shop bercerita, setelah melakoni sendiri mencari dan membeli bahan baku tanpa harus hanya menunggu suplier datang membawakan, akhirnya pelaku usaha banyak mendapatkan ide baru, serta menyadari bahwa sebelumnya strategi manajemen yang dilakukan kurang tepat,” jelasnya.
Pembelian secara langsung yang dilakukan di Toko Bahan Baku yang tepat ternyata malah bisa mengurangi biaya produksi, mengatur lebih baik biaya awal produksi karena tidak harus mengeluarkan uang dalam jumlah besar untuk membeli bahan pokok, dan sekaligus mengurangi resiko fraud oleh oknum internal maupun oknum supplier yang sering terjadi dan sebelumnya luput dari pengamatan pelaku usaha.
“Pandemi Covid-19, selain dampak negatif terhadap ekonomi yang sangat dirasakan, ternyata juga mampu membawa pelaku usaha pada temuan temuan strategi yang lebih efektif dan efisien dalam mengelola usahanya,” tutur Abdi menutup wawancara. (MBP)