Disbud Badung Lestarikan Lontar Kuno dengan Digitalisasi

 Disbud Badung Lestarikan Lontar Kuno dengan Digitalisasi

Kepala Bidang Sejarah Dinas Kebudayaan Kabupaten Badung, Ni Nyoman Indrawati.

MANGUPURA – baliprawara.com

Keberadaan lontar-lontar kuno yang ada di masyarakat, banyak yang disakralkan dan tidak pernah dibuka. Akibatnya, karena tidak pernah dibuka dan tidak pernah dirawat, sering ditemukan lontar yang rusak.

Berkaca dari itulah, Pemerintah Kabupaten Badung melalui Dinas Kebudayaan (Disbud), berkomitmen melestarikan lontar-lontar kuno di masyarakat. Pelestarian tersebut, selain memberikan bantuan untuk mengkonservasi keberadaan lontar ini, Disbud juga membantu untuk bereproduksi dan melakukan digitalisasi lontar. Hal ini dilakukan selain untuk merawat keberadaan lontar kuno, juga untuk membantu generasi muda agar memahami isi dari lontar tersebut.

Kepala Bidang Sejarah Dinas Kebudayaan Kabupaten Badung Ni Nyoman Indrawati mengatakan, digitalisasi lontar ini, sudah dilakukan sejak tahun 2012. Yang mana melalui upaya ini, pihaknya ingin menyelamatkan kandungan, nilai pengetahuan, dan sejarah yang ada di lontar tersebut. 

Awalnya, upaya pelestarian lontar ini dilakukan dengan cara mengkonservasi. Dari dinas kata dia, mendatangi pemilik lontar. Dari lontar tersebut, kemudian pihak Disbud membantu merawat. “Kita bersihkan, kemudian kita catat. Dari sana ternyata banyak sekali lontar-lontar yang ada. Jika yang punya sendiri tidak mau membaca, kan kasian itu ilmu pengetahuan, tidak ada yang mengetahui,” kata Indrawati, saat ditemui, Selasa 6 Februari di ruang kerjanya. 

Lebih lanjut dikatakan, Disbud Badung melalui Bidang Sejarah, kemudian mereproduksi lontar-lontar yang ada di masyarakat tersebut. Lontar-lontar yang direproduksi ini, disimpan di Disbud Badung. “Jadi masyarakat luas, bisa berkunjung kesini dan membaca. Ini milik masyarakat yang sudah kita salin ulang. Terkadang ada kunjungan terkait penelitian, atau masyarakat yang ada kepentingan, misal ingin membuat buku babad atau ingin tahu silsilah keluarga, bisa datang kesini,” bebernya. 

See also  Gelar Konservasi Lontar, Upaya Disbud Badung dalam Pelestarian dan Perlindungan Naskah Kuno

Meski sudah direproduksi, namun diakuinya, isi dari lontar-lontar tersebut juga masih belum bisa dipahami oleh masyarakat. Untuk itu, Disbud Badung berinisiatif untuk membuat digitalisasi. Lontar yang menggunakan aksara Bali, Sanskerta, maupun aksara Jawa Kuno tersebut, disalin ke aksara latin, yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Bali dan Bahasa Indonesia.

“Karena bahasanya Sanskerta, maupun Jawa Kuno, jelas masyarakat juga masih tidak mengerti kan. Akhirnya kita translate ke Bahasa Bali dan Bahasa Indonesia. Di tahun 2014 kalau tidak salah sempat ditranslate ke Bahasa Inggris,” ucapnya. 

Lontar yang sudah didigitalisasi oleh Disbud Badung, hingga saat ini sudah ada 316 cakepan lontar. Dalam mereproduksi dan digitalisasi tersebut, pihaknya bekerjasama dengan tokoh-tokoh yang ahli dalam aksara Bali, penyuluh Bahasa Bali, dan penyuluh Sastra Jawa Kuno. (MBP/a)

 

redaksi

Related post