Disdikpora Badung Gelar Sosialisasi Terkait Transisi Pendidikan Paud ke SD
MANGUPURA – baliprawara.com
Selama ini di masyarakat, ada persepsi pandangan yang kurang tepat, terkait transisi siswa dari Paud ke SD. Dimana yang berkembang adalah para siswa harus bisa membaca saat sudah masuk ke SD.
Melihat hal itu, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) akhirnya mengeluarkan program-program, terkait transisi tersebut. “Jadi nanti anak-anak saat naik dari Paud ke SD, akan diberikan waktu dua minggu untuk masa transisi. Ini adalah untuk anak-anak tidak langsung belajar dari buku, tapi anak-anak belajar baca tulis yang lebih menyenangkan. Begitu juga di Paud, anak-anak akan diajarkan sesuai dengan usianya, jadi tidak memaksa yang penting anak-anak memiliki pondasi untuk penguatan karakter pada anak-anak,” kata Kabid Pendidikan Sekolah Dasar, Disdikpora Badung Rai Twistyanti Raharja, saat memberikan paparan pada seminar penguatan masa transisi belajar dari Paud-SD, Senin 12 Juni 2023.
Menurutnya, kegiatan tersebut juga merupakan lanjutan dari program sebelumnya dilaksanakan pelatihan sebanyak dua kali. Dimana pelatihan diberikan kepada kepada guru-guru dan sosialisasi kepada Kepala Sekolah. Pelaksanaan seminar ini, sesuai dengan arahan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mengangkat tema ‘Diseminasi penguatan Transisi Paud – SD Yang menyenangkan’ yang digelar di Ruang Rapat Kertha Gosana, Kantor Bupati Badung, diikuti oleh peserta 150 guru SD, 100 guru Paud.
“Setelah ini akan dilanjutkan dengan program road show ke masing-masing kecamatan dengan target bukan hanya guru saja, tapi juga orang tua akan diberikan pemahaman-pemahaman supaya kita semua berada pada halaman yang sama. agar bisa sama-sama memahami apa sih esensi Transisi Paud-SD,” jelasnya seraya berharap para guru dapat menyampaikan kepada masyarakat terkait adanya program tersebut.
Sementara itu, Kabid Pendidikan Paud dan PNF, Disdikpora Badung, Wayan Wirawan menjelaskan, pendidikan kepada anak-anak di tingkat Paud adalah membangun kemampuan pondasi. Meliputi kemampuan sosial emosional, literasi dan numerasi dasar, memiliki akhlak dan moral, bernalar kritis, serta memiliki wawasan cara berkomunikasi dengan orang lain. “Itulah yang paling penting dibangun. Ketika nanti di SD, kelas I dan II itu masih dalam masa transisi mereka masih diajarkan bagaimana ketika di Paud anak-anak menyesuaikan,” jelas Wirawan.
Pihaknya pun berharap guru SD kelas I dan II dapat untuk mengintegrasi pembelajaran awal. Bukan serta merta siswa diajarkan secara langsung seperti di kelas lainnya. Sehingga para siswa diberikan pembelajaran dengan cara bermain atau bercerita. “Itu tujuan kita melakukan transisi dari Paud-SD ini. Dan kemudian di masyarakat tidak ada lagi miskonsepsi, baik dari orang tua, pemerhati pendidikan, atau yayasan,” imbuhnya. (MBP/a)