Dorong Pendidikan Berkelanjutan di Asia-Pasifik, UNESCO Gelar Pertemuan ESD-Net

 Dorong Pendidikan Berkelanjutan di Asia-Pasifik, UNESCO Gelar Pertemuan ESD-Net

Pameram terkait pertemuan Sub-Regional ESD-Net Asia Pasifik, di Hotel Bintang Bali Resort, Senin 12 Juni 2023.

MANGUPURA – baliprawara.com

The United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) atau Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa, menggelar pertemuan Sub-Regional Education for Sustainable Development/ESD-Net Asia Pasifik, di Hotel Bintang Bali Resort, Jalan Kartika Plaza, Senin 12 Juni 2023. Pertemuan ini digelar sebagai upaya untuk mendorong pendidikan berkelanjutan di wilayah Asia-Pasifik, dengan menghadirkan pembicara, Direktur Jenderal PAUD Dikdasmen Kemendikbudristek, Iwan Syahrir. 

ESD ini, sebagai upaya untuk bisa menjadikan pendidikan salah satu pendorong untuk bisa mencapai Sustainable Development goals  (pembangunan yang berkelanjutan) di arena global. 

Dalam kesempatan itu Syahrir menjelaskan kurikulum merdeka belajar yang saat ini dikembangkan, bisa memperkuat ekosistem pendidikan di Indonesia. Kurikulum ini memindakan fokus dari sebelumnya berbasis Ujian Nasional (UN), ke kemampuan fondasi seperti literasi dan numerasi. 

“Kemampuan fondasi ini menjadi prasayarat pembelajar yang berkelanjutan. Zaman yang semakin disruptif. Berganti-ganti teknologi mendisrupsi terus kehidupan kita maka dibutuhkan SDM masa depan warga dunia yang selalu untuk gemar belajar. Learn, unlearn, and re-learn,” katanya. 

Lebih lanjut ia menyampaikan, kurikulum merdeka belajar, memiliki keunggulan, misalnya lebih sederhana, yang mana lebih sedikit dari kurikulum sebelumnya. Dengan konten yang lebih sedikit, maka guru-guru ini bisa belajar bersama lebih dalam dengan anak didiknya. “Jadi tidak lagi mengejar konten dan hafal-hafal tetapi lebih fokus bagaimana pembelajaran yang lebih mendalam,” bebernya.

Tak hanya itu, kurikulum merdeka ini, juga lebih fleksibel. Contohnya, ketika anak didik itu pencapaiannya masih di bawah, guru harus “menjemputnya”. Artinya, guru mengajar sesuai dengan levelnya anak didik. Ini juga sesuai dengan ESD. “Dengan demikian anak didik merasa lebih bisa untuk belajar. Saya sudah temukan buktinya di beberapa sekolah di Indonesia yang ada di pelosok,” katanya menambahkan.

See also  APC TB Forum 2024 di Bali, Upaya Memerangi Tuberkulosis di Kawasan Asia Pasifik

Pada kurikulum merdeka, 20 persen dari kurikulum yang diterapkan di sekolah, dilakukan dalam bentuk pembelajaran berbasis proyek. Pembelajaran harus relevan dengan kehidupan yang nyata. Usai memberi materi dalam kegiatan tersebut Syahrir menyempatkan diri melihat pameran hasil karya pra siswa SMK di Badung.

“Lintas mata pelajaran harus saling berkolaborasi. Kalau dahulu mata pelajaran itu sendiri-sendiri saja. Kini guru-guru diminta untuk berkolaborasi dari sama lain,” ungkapnya. (MBP)

 

redaksi

Related post