Dorong Pertumbuhan Ekonomi yang Inklusif, Partisipasi Perempuan Harus Ditingkatkan

 Dorong Pertumbuhan Ekonomi yang Inklusif, Partisipasi Perempuan Harus Ditingkatkan

Retno Marsudi.

MANGUPURA – baliprawara.com
Potensi perempuan sejauh ini masih menghadapi sejumlah tantangan dari ketidaksetaraan gender, terutama di bidang ekonomi dan politik. Meskipun perempuan mempunyai peran penting dalam mendorong pertumbuhan inklusif di negara-negara ASEAN, termasuk Indonesia.

Menurut Retno Marsudi, mantan Menteri Luar Negeri RI, setidaknya empat kesenjangan yang mesti diatasi untuk bisa meningkatkan peran perempuan, yaitu di bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi dan politik. Mengutip data Global Gender Gap Report, persoalan kesenjangan gender di bidang pendidikan saat ini hanya sekitar 10 persen, sementara di bidang kesehatan kesenjangan hanya sekitar 6 persen. Namun, partisipasi perempuan dalam bidang ekonomi baru mencapai 65 persen dan di bidang politik hanya 22,5 persen.

“Di sinilah perlunya meningkatkan partisipasi perempuan, terutama di bidang ekonomi dan politik. Meningkatnya partisipasi perempuan akan meningkatkan resiliensi ekonomi nasional. Begitu juga, meningkatnya partisipasi perempuan dalam politik, berarti punya peran yang lebih besar dalam membuat kebijakan,” papar Retno.
Retno juga menyoroti masih kurangnya partisipasi perempuan dalam bidang sains, teknologi, rekayasa, dan matematika(STEM) di Indonesia. Mengacu data UNESCO 2024, partisipasi perempuan Indonesia dalam bidang STEM hanya 35%. Selain itu, riset juga menunjukkan terkait dengan peran perempuan dalam pengambilan keputusan di bidang ekonomi masih rendah. “Hanya 3,1% perempuan yang menduduki posisi CEO di Indonesia, ” kata Retno, saat menjadi pembicara pada Asia Grassroots Forum 2025, di Nusa Dua, Kamis 22 Mei 2025.

Pada Asia Grassroots Forum 2025, yang diselenggarakan Amartha pada 21-23 Mei 2025 di Nusa Dua, Bali, Retno menekankan perlunya pemberdayaan perempuan untuk meningkatkan peran mereka dalam mendorong perekonomian yang inklusif. Mengacu pada Kementerian UMKM, ada sekitar 65 juta UMKM dengan lebih dari 64 persen di antaranya dikelola oleh perempuan.

See also  Disdikpora Gelar Studi Eksplorasi ke Green School, Rangkaian Badung Education Fair 2024

“Sektor UMKM terutama yang dikelola oleh perempuan adalah kelompok yang rentan. Apa yang telah dilakukan Amartha adalah melindungi perempuan yang bergerak di sektor UMKM. Karena itu, saya mengapresiasi Amartha yang telah menjadi jembatan bagi perempuan untuk meningkatkan partisipasinya di bidang ekonomi, terutama teman-teman perempuan yang bergelut di UMKM,” kata Retno.

Tri Mumpuni, Direktur Eksekutif IBEKA yang juga anggota Dewan Pengarah Badan Riset Nasional Indonesia (BRIN) mengatakan, statistic membuktikan bahwa perempuan lebih bertanggung jawab. Perempuan juga punya perspektif yang lebih inklusif ketika menjadi pemimpin.

“Intinya adalah bagaimana menciptakan ekosistem yang setara, laki-laki dan perempuan harus punya kesamaan kesempatan. Langkah awal bisa dimulai dengan menghilangkan batasan-batasan budaya, misalnya tradisi keluarga yang memprioritaskan anak laki-laki dibandingkan perempuan,” tandasnya. (MBP)

 

redaksi

Related post