Drama Gong Kanti Budaya Bangli Bercerita “Beruk Sakti”

Penampilan Drama Gong Kanti Budaya Bangli di PKB, Senin (7/7) malam.
DENPASAR – baliprawara.com
Pagelaran kesenian drama gong dalam ajang Pesta Kesenian Bali (PKB) 2025, berhasil memikat hati para penonton pecinta kesenian tradisional yang populer pada era tahu 1980-an itu.
Selain menampilkan beragam cerita atau lakon, sekaa drama gong duta masing-masing kabupaten/kota juga mampu menghadirkan “nafas baru” drama gong di era kekinian.
Demikian juga Sekaa Drama Gong Kanti Budaya duta Kabupaten Bangli, yang tampil di Kalangan Ayodya, Senin 7 Juli 2025. Drama Gong pimpinan
Nengah Dwi Madyayani, S.Sos. ini
mempersembahkan drama gong berjudul “Beruk Sakti”.
Penampilan drama gong yang ide ceritanya dari Sang Ayu Ganti, S.Sos., M.Pd.H dan penata tabuhnya Ida Bagus Kartika itu mendapat apresiasi dari penonton yang memadati Kalangan Ayodya malam itu.
Diperkuat 22 penari dan 27 penabuh, pagelaran drama gong berdurasi sekitar 3 jam ini menyuguhkan tontonan segar.
Pemain drama gong Ida Bagus Ngurah Yasa yang memerankan Topok, dan pemain yang memerankan Dolir, Golek dan sebagainya berhasil mengocok perut penonton dengan lawakan-lawakannya.
Penonton juga seolah-olah larut dalam alur cerita drama gong yang berjudul “Beruk Sakti” tersebut.
I Wayan Muliada, salah satu anggota penabuh menyampaikan, drama gong ini mempersembahkan tabuh pembuka berjudul “Gambang Suling” karya komposer Wayan Beratha.
Cerita “Beruk Sakti”
Alkisah, di Kerajaan Koripan, sang Raja meminta putra tunggalnya untuk naik tahta menggantikan dirinya yang merasa sudah sepuh.
Tetapi sang putra mahkota menolak dengan alasan belum punya pendamping hidup.
Di sisi lain semua ini adalah niat busuk Patih Agung untuk menjodohkan putra mahkota raja Koripan dengan Putri Pejarakan. Tetapi sesungguhnya Putri Pejarakan adalah anak asuhnya, karena Patih Agung dulunya sebagai abdi setia dari Raja Pejarakan. Niat Patih Agung ditolak oleh Putra mahkota dengan alasan tidak saling mengenal dan akan mencari jodoh sendiri.
Putra mahkota pamit kepada Raja
untuk berburu ke hutan sekalian mengenal rakyatnya lebih dekat.
Dalam perjalan Putra bertemu dengan perempuan yang merupakan anak dari Ki Dukuh Sakti, lalu mereka berkenalan, dan berjanji setia sehidup semati. Tiba-tiba datanglah Patih Agung ke pedukuhan, menyampaikan kepada Putra Mahkota bahwa Raja Koripan sudah berada di Pejarakan untuk meminang Putri Pejarakan dan Putra diminta segera menyusul ke Pejarakan.
Keberangkatan Putra ke Pejarakan, dipakai kesempatan oleh Patih Agung untuk membunuh Putri, tetapi berhasil diselamatkan oleh Dukuh. Akhirnya Dukuh mengungkapkan jati diri Putri, jika sesungguhnya dia adalah Putri Raja Daha yang kerajaannya sudah hancur, dijajah oleh Raja Pejarakan didampngi Patih Agung yang saat itu masih mengabdi di Pejarakan. Dukuh juga menyerahkan tutup Beruk yang merupakan satu-satunya benda yang bisa diselamatkan. Beruknya sampai sekarang belum ditemukan.
Putri kemudian menuju Pejarakan dan bertemu
dengan liku serta terjadi selisih faham.
Putri kaget karena di Pejarakan sudah ada perempuan yang nyaris serupa dengan dirinya. Sang permaisuri Pejarakan menyampaikan, barang siapa yang bisa masuk ke dalam Beruk, itulah Sang Putri. Belum selesai Permaisuri selesai bicara tanpa dipikir panjang Putri palsu (liku) masuk ke dalam beruk dan terperangkap tanpa bisa keluar lagi. (MBP2)