Gamelan Inovatif Sanggar Seni Bade Mas Duta Kabupaten Badung Meriahkan PKB ke-46
DENPASAR – baliprawara.com
Pagelaran Gamelan Inovatif di Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-46, Minggu 7 Juli 2024, dimeriahkan Sanggar Seni Bade Mas, Br. Baler Pasar, Desa Darmasaba, Duta Kabupaten Badung. Bertempat di Gedung Ksirarnawa, Art Centre Bali, pagelaran yang sudah disiapkan kurang lebih 3 bulan ini, memiliki empat garapan dengan judul berbeda. Pada penampilan ini, didukung sebanyak 21 orang personel, yang terdiri dari 2 gerong dan sisanya penabuh.
Untuk penampilan pertama, mengangkat judul “Jiwa Mukti” yang menggambarkan perjalanan hidup manusia bagai lautan tanpa tepi, tanpa batas waktu. Hembusan nafas di setiap detik, mengandung arti kemandirian dalam sebuah kehidupan.
“Jiwa Mukti ini mengangkat proses tujuan hidup manusia “Moksha” dengan konseptor Wayan Mulyadi dikenal “Pakyan Mul,” jelas I Made Adi Suyoga Adnyana sebagai salah satu komposer.
Berpijak pada intelektual seniman karawitan pendahulu dalam menciptakan karya, menjadikan sebuah dasar dalam penggarapan ke-2 dengan judul “Gema Abyakta Dakara”. Menawarkan beberapa konsep yang tercetus dalam pemikiran unggul pendahulu, memberikan acuan dasar untuk mengembangkan konsep konsep gegebug yang diaplikasikan.
“Perpaduan gegebug selonding dan pola kekendangan palegongan yang sudah tercipta menjadi sebuah intisari referensi dalam acuan pengembangan pada penggarapan karya ini, sehingga menjadi sebuah formulasi kompleks dalam karya gamelan inovatif yang berjudul Gema Abyakta Dakara,” tambah Suyoga.
Garapan ke-3 oleh komposer Putu Diky Wahyu Arjaya, ingin mengajak semua pendengar karya ini untuk ikut larut dalam nuansa yang ingin dibangun tentang bagaimana orang tua yang membesarkan anaknya dengan penuh kasih sayang.
“Garapan yang berjudul SUNDIH ASIH, berisi untaian melodi yang dijalin sedemikian rupa demi menggambarkan bagaimana lembutnya kasih sayang seorang ibu, kemudian bagaimana ketegasan seorang ayah digambarkan lewat hentakan ritme yang diatur sedemikian rupa, serta tidak lupa pula dinamika yang dibangun sebagai pengejawantahan rasa terimakasih sang anak kepada orang tuanya,” jelas Diky.
Sementara, “Kenang-kunang” menjadi garapan terakhir yang ditampilkan oleh Sanggar Seni Bade Mas. I Wayan Eka Widiadi Sucipta selaku komposer “Kenang-kunang menjelaskan, dimana kenang berarti tempat yang tepat, dan kunang adalah kunang-kunang sebagai gambaran manusia. Setiap kunang-kunang memiliki cahayanya sendiri begitupun manusia yang mempunyai keunggulan tersendiri. Jadi kenang kunang diartikan manusia unggul yang berada ditempat yang tepat untuk mendapatkan harkat martabatnya dan berguna di dalam masyarakat atau lingkungannya.
“Kenang kunang disini menceritakan bagaimana seseorang bisa memberikan rasa hormat kepada orang lain. Dari sanalah timbul garapan kunang kunang ini bagaimana menghormati seseorang,” tambah Eka.
Ke empat Garapan pemuda Badung tersebut tampil memukau di Panggung Ksirarnawa dan memberikan kesan baik terutama oleh Ketua Sanggar Bade Mas, Made Suanta. “Semoga nanti kedepanya pemerintah tetap menyediakan ruang buat anak-anak muda untuk melestarikan dan berinovasi terhadap kesenian yang ada di Bali,” tutup Suanta. (MBP)