Griya Prabu Denkayu Lestarikan Ratusan Cakep Naskah Lontar, Diupacarai Setiap Hari Raya Saraswati

Ratusan cakep lontar di Griya Prabu Denkayu, dikonservasi.
MANGUPURA – baliprawara.com
Griya Prabu yang terletak di desa Werdi Buana Denkayu Baleran, Mengwi, Badung, ternyata masih menyimpan cukup banyak naskah lontar. Bahkan jumlahnya hingga mencapai ratusan cakep yang hingga kini kondisinya masih bagus dan tetap dilestarikan
Menariknya, di Griya Prabu, biasanya memiliki tradisi setiap hari raya Saraswati. Yang mana saat hari suci turunnya Ilmu pengetahuan tersebut, biasanya digelar upacara untuk lontar-lontar yang ada di sana.
Menurut penuturan Ida Bagus Adi Santika (37), dari Griya Prabu, keberadaan lontar di sana, merupakan lontar warisan leluhur yang jumlahnya 120 cakep. Ratusan cakep lontar ini kata dia, sebagian besar berisi naskah tentang Puja, Wariga, Tenung, Usada.
Lontar yang merupakan warisan dari leluhur tersebut, bahkan sering dirawat untuk menjaga keberadaan catatan referensi tersebut. Yang menarik kata dia, tradisi yang biasa dilakukan di sana, setiap hari raya Saraswati, selalu digelar upacara dengan persembahyangan bersama seperti odalan saraswati. Bahkan kata dia, tradisi nyastra atau menulis naskah dalam tulisan Bali, sejak dulu memang diwarisi hingga sekarang.
Setiap hari raya Saraswati, kata dia, biasanya lontar ini ketedunan atau diturunkan dari tempat penyimpanan untuk dibawa ke merajan di tempat palinggih saraswati. Lontar-lontar tersebut kemudian diletakan di palinggih yang menyerupai Piasan.
“Semua lontar diletakkan di sana dan dibuatkan banten odalan saraswati, dan persembahyangan bersama tidak hanya dari keluarga namun dari semeton dari luar Griya juga hadir,” kata Ida Bagus Adi Santika, yang juga penyuluh Bahasa Bali Dinas Kebudayaan Provinsi Bali, ditemui di Griya Prabu, saat digelar konservasi Lontar, oleh Dinas Kebudayaan Badung bersama Dinas Kebudayaan Provinsi Bali, Senin 17 Februari 2025.
Disinggung apakah ada hal gaib terkait keberadaan lontar yang sudah disimpan dalam waktu cukup lama ini?. Ia menyebutkan kalau selama ini, memang tidak ada hal-hal gaib yang dirasakan selama menyimpan lontar ini. Karena memang di sini, lontar yang diwarisi naskahnya berdasarkan naskah fungsional. Seperti Puja, karena di Griya Ini memang sebelumnya ada Sulinggih, namun ida sudah lebar.
Untuk lontar wariga, juga wajib ada untuk menentukan dewasa ayu atau hari baik, Karena di Griya semua penentuan hari baik biasanya berdasarkan sumber acuan yakni naskah lontar ini sebagai bahan referensi. “Untuk lontar yang diwarisi yang paling lama ada yang bertanda tahun 1930 an yang kemungkinan ditulis ulang. Karena tradisi menulis atau nedunang, naskah yang tua biasanya ditulis kembali karena sudah rusak,” terangnya. (MBP)