Gubernur Koster : Pariwisata Bali Semuanya Tumbuh Secara Sporadis, Secara Spontan Tanpa Arah

 Gubernur Koster : Pariwisata Bali Semuanya Tumbuh Secara Sporadis, Secara Spontan Tanpa Arah

Gubernur Bali, Wayan Koster, saat membuka seminar di PNB.

MANGUPURA – baliprawara.com

Gubernur Bali, Wayan Koster, mengatakan, pariwisata di Bali selama ini, kurang mendapat arah yang baik. Pariwisata Bali menurutnya, kurang dijalankan dengan satu tatanan yang baik, dengan satu kebijakan yang tegas. Sehingga dikatakan, selama ini, pariwisata Bali, semuanya tumbuh secara sporadis, secara spontan tanpa arah.

Akibatnya, kata Gubernur Koster, terjadi “kecelakaan” dimana-mana. Yang mana, banyak pelaku wisata yang tidak tertib, dan tidak menghormati budaya Bali. Seperti misalnya ada yang duduk di padma di pura Besakih, ada yang cebok di Pura Beji, ada yang telanjang di pohon, ada yang telanjang di gunung batur. “Ini perilaku yang buruk. Ada juga yang berkendara di jalan umum, pakai kaos oblong, tanpa helm, terakhir membobol atm. Ini wajah buruk pariwisata di Bali,” kata Gubernur Koster saat memberi arahan pada pembukaan seminar Internasional, “Green Tourism Internasional Seminar & Entrepreneurship Expo” (GTISee) 2022, di Politeknik Negeri Bali, Senin 30 Mei 2022.

Kemudian yang berikutnya adalah, selama ini menurutnya, lingkungan alam tidak menjadi perhatian sebagai satu ekosistem, untuk mendukung kepariwisataan itu sendiri. Seperti, Air Kotor, sampah berserakan, bahkan pantai Kuta itu berkali kali ditimpa sampah. Bahkan terkesan penanganannya menurutnya, sangat lambat. Padahal hal seperti itu, terjadinya mengikuti siklus musim yang sudah seharusnya dimitigasi. “Itu (sampah pantai-red) tidak dikelola dengan baik, sehingga sering terjadi tumpukan sampah di pantai, yang membuat wisata mengatakan, kalau Bali tidak lagi menjadi surga, tapi neraka,” ucapnya.

 

Selain permasalahan diatas, berikutnya kata dia adalah, Pariwisata Bali, tidak didukung dengan infrastruktur, atau masih sangat lamban dan tidak memiliki konsep untuk mengembangkan infrastruktur. Baik untuk domestik seperti transportasi lokal, maupun untuk mendukung kepariwisataan, dari destinasi ke destinasi lain.

Kepariwisataan di Bali kata dia ,kurang berpihak pada sumber daya lokal. Pariwisata bali dikatakan, lari sendiri, nikmat sendiri, happy sendiri, tidak menyatu dengan tatanan kehidupan kita, alam manusia dan kebudayaan Bali. “Itulah sebabnya, saya mengarahkan satu kebijakan baru. Sebagai upaya untuk memihak sumber daya lokal,” ujarnya. 

Untuk itulah, melalui Seminar Internasional, “Green Tourism Internasional Seminar & Entrepreneurship Expo” (GTISee) 2022, yang digelar Magister Terapan Perencanaan Pariwisata, Jurusan Pariwisata, Politeknik Negeri Bali, diharapkan dapat melahirkan satu rekomendasi atau pokok-pokok pikiran yang bisa membawa pariwisata, sesuai dengan kebijakan yang berlaku di Bali, agar tidak menjadi rumusan teoritis yang tidak bisa dilaksanakan di lapangan. Tapi betul-betul bisa menggerakkan kehidupan masyarakat dan menginveromental kepariwisataan di Bali, sekaligus juga mendukung ekosistem serta memperkuat fundamental kepariwisataan Bali. 

“Itu yang saya harapkan dan nantinya saya akan mencari waktu khusus ke Politeknik supaya lebih bebas bicara menampilkan bagaimana arah Bali ke depan. Supaya ini menjadi bagian daripada pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi di Politeknik, baik itu pendidikan, pengabdian maupun penelitian untuk pembangunan di Bali,” harap Gubernur Koster. (MBP1)

 

redaksi

Related post