Ibu Eko Sukses Manfaatkan Limbah Mangrove Menjadi Produk Fashion Bernilai Tinggi

 Ibu Eko Sukses Manfaatkan Limbah Mangrove Menjadi Produk Fashion Bernilai Tinggi

Nyoman Yeni Susanti, pendiri Griya Anyar Dewata, menunjukkan produk inovasi berbahan pewarna alami.

MANGUPURA – baliprawara.com

Produk fashion hasil inovasi dari usaha rumahan yang dinamakan Griya Anyar Dewata, kini sangat dikenal baik untuk masyarakat lokal, maupun mancanegara. Pasalnya, kerajinan unik berbahan dasar limbah bekas olahan buah mangrove dan juga daun-daun di sekitar, ternyata mampu menarik perhatian orang hingga mampu menggerakan sektor usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). 

Tentu saja, dari circular ekonomi yang digerakkan oleh Nyoman Yeni Susanti selaku pendiri Griya Anyar Dewata, hingga kini ia mampu mempekerjakan  ibu rumah tangga untuk membantu produksi. Namun, meski produknya kini sudah cukup dikenal, namun dirinya sempat down saat awal memulai produksi. Pasalnya, kondisi pandemi yang melumpuhkan sektor pariwisata Bali, juga berdampak pada pesanan produknya.

Dari penuturannya, Yeni menceritakan awalnya limbah mangrove yang banyak terbuang, menjadi perhatiannya. Dengan kreativitas tinggi, dia berhasil mengubah limbah olahan sisa buah mangrove ini, menjadi bahan pewarna yang unik. Ini kata dia awal mula dalam perjalanan bisnisnya ecoprint yang dimulai dari bisnis camilan olahan mangrove sejak tahun 2008.

Diungkapkan, pada 2019, Yeni memulai proyek seni ecoprint yang kemudian membawa bisnisnya meroket dengan omset yang signifikan. Berkat keuletannya itu kini telah menjadi peluang bisnis yang menguntungkan.

“Usaha ini sebenarnya dimulai sejak 2008. Awalnya saya membuat usaha makanan membuat keripik dari olahan buah mangrove. Lalu limbahnya dibuang begitu saja. Namun ternyata limbah mangrove itu bisa digunakan sebagai bahan pewarna,” kata Yeni yang sering dipanggil Ibu Eko saat ditemui di kediamannya belum lama ini. 

Yeni mengatakan kesuksesan dari usahanya itu tidak hanya terbatas pada aspek finansial saja. Antusiasme masyarakat terhadap produknya membuka pintu bagi undangan ke event-event bergengsi, baik di tingkat nasional maupun internasional. Namun, Yeni tidak hanya meraih kesuksesan pribadi, melainkan juga berkontribusi positif pada masyarakat sekitar.

See also  Sarasehan Serangkaian IWTIF 2023, Bali Bersiap Kembangkan Wellness Tourism

Saat pandemi Covid-19 melanda, Yeni melihat peluang untuk membantu ibu rumah tangga yang kehilangan pekerjaan. Dengan memberikan pelatihan dan ajakan bergabung dalam produksi Griya Anyar Dewata. Yeni tidak hanya menciptakan lapangan kerja, tetapi juga memberikan keterampilan baru. “Tenaga kerja yang kami gunakan saat ini 5 orang pekerja tetap dan 10 orang freelance. Kerjanya setiap hari, namun kami targetnya ada satu bulan berapa produk,” ucapnya.

Lebih jauh ia menceritakan, langkah dalam mengembangkan bisnis ecoprint ini dimulai dari tutorial di YouTube, dan belajar dari teman-teman yang berpengalaman, Yeni berhasil meningkatkan keahlian dalam menciptakan motif ecoprint yang unik.

Sementara soal proses pembuatan ecoprint, katandia, melalui proses yang sinpel. Mulai dari persiapan kain hingga proses fiksasi warna yang memakan waktu 3-5 hari untuk menghasilkan produk berkualitas.

Dengan menggunakan limbah mangrove untuk pewarna kain, Yeni berhasil memberikan dampak positif pada lingkungan. Selain itu, dirinya juga mengambil buah dan batang kayu tua dari sekitar jalan sebagai bahan tambahan. Penggunaan pewarna alami dari daun-daun lokal seperti jambu, mangga, jati, ketapang, jarak, perdu, dan tumbuhan liar turut memberikan karakter khas pada setiap produk.

“Pokoknya setiap ada daun yang unik pasti saya ambil, saya memanfaatkan yang ada disekitar saja. Semua bahan itu gampang didapatkan,” tambahnya.

Produk Griya Anyar Dewata, sebetulnya dapat diaplikasikan pada kain, kulit, kertas, dan keramik. Namun, kini Yeni lebih memfokuskan pada penggunaan kain. Produk ini meliputi berbagai item fashion dan aksesori, seperti syal, dompet, tas, topi, kipas, sepatu, dan sandal. Inovasi tidak hanya terbatas pada kain, tetapi juga telah diterapkan pada produk kulit, menjadikannya salah satu keunikan dari Griya Anyar Dewata.

See also  Setelah 5 Hari Pencarian, Nenek 90 Tahun Ditemukan Meninggal

Meski menghadapi tantangan dalam kenaikan harga bahan baku, terutama aksesoris, Yeni berharap dapat terus memberdayakan masyarakat lebih banyak lagi. Antusiasme tinggi dari masyarakat terhadap produk ecoprint menjadi motivasi besar bagi Yeni untuk terus berinovasi dan memberikan dampak positif pada lingkungan dan masyarakat sekitar. 

Berkat kegigihannya, produknya kini sudah dipasarkan di pusat perbelanjaan ternama seperti Matahari, Sogo, dan Bali Collection. Yeni pun juga dapat meraup omzet Rp 40 juta hingga Rp 50 juta per bulan dari menekuni usahanya tersebut. 

Meskipun belum melakukan ekspor, produk-produk Griya Anyar Dewata mendapat sambutan baik dari wisatawan mancanegara yang berkunjung ke acara internasional, di mana mereka berpartisipasi. “Kita memang belum ekspor, namun produk kita banyak dibeli oleh wisatawan mancanegara dari Kanada, Rusia, Amerika, Vietnam, Filipina, Malaysia, Australia, dan China karena kebetulan kita ikut event internasional,” bebernya. (MBP)

 

redaksi

Related post