Jaya Negara Nyanggingin Metatah Massal Banjar Petangan Gede Desa Adat Pohgading

 Jaya Negara Nyanggingin Metatah Massal Banjar Petangan Gede Desa Adat Pohgading

DENPASAR – baliprawara.com

Bertepatan dengan Rahina Purnama, Redite Umanis Warigadian, Banjar Petangan Gede, Desa Adat Pohgading Desa Ubung Kaja melaksanakan kegiatan metatah (potong gigi) massal serangkaian Upacara Ngenteg Linggih, Padudusan Alit Wraspatikalpa Agung, Lan Nyurud Ayu Ring Pura Acintya Dharma Mandala Ratu Bagawan Penyarikan Banjar Petangan Gede, Desa Adat Pohgading Desa Ubung Kaja, Minggu 15 Mei 2022.

Kegiatan metatah massal ini, dihadiri langsung Walikota Denpasar IGN. Jaya Negara, Ketua DPRD Kota Denpasar, I Gst Ngurah Gede, dan Ketua Komisi III DPRD Provinsi Bali, AA Ngurah Adhi Ardhana.

Terlihat sejak pagi ratusan krama banjar tampak memadati area Banjar Petangan Gede untuk mengikuti prosesi upacara Metatah Massal dengan tetap menerapkan protokol kesehatan yang ketat. Dalam upacara tersebut melibatkan 6 orang sangging yang bertugas mengasah gigi yang salah satunya Walikota Denpasar IGN. Jaya Negara ikut serta ‘Ngayah’ sebagai Sangging.

 

Walikota, Jaya Negara memang tidak asing lagi dalam tugas  Nyanggingin. Terlihat begitu terampil dan apik dalam menatah para peserta Mepandes Massal ini dengan menatah tiga peserta, yakni 1 wanita dan 2 laki-laki, dari 48 orang peserta metatah massal dengan jumlah masing-masing 24 orang laki-laki dan 24 orang wanita.

Disela-sela acara Walikota Denpasar, IGN. Jaya Negara mengatakan bahwa ritual potong gigi (mepandes) yang merupakan salah satu Upacara Manusa Yadnya yang wajib dilakukan. “Dalam agama Hindu Mepandes wajib dilakukan ketika anak menginjak usia remaja atau sudah dewasa. Upacara ini bertujuan untuk mengendalikan 6 sifat buruk manusia yang menurut agama Hindu dikenal dengan istilah Sad Ripu (enam musuh dalam diri manusia),” ujarnya.

See also  Menunjang Pencapaian IKU 4 dan IKU 7, Prodi TP Berkolaborasi dengan Praktisi pada Program Praktisi Mengajar Mata Kuliah Kewirausahaan

Lebih lanjut dikatakannya, selain merupakan sebuah kewajiban yang dilaksanakan dalam kehidupan, metatah merupakan upacara untuk menetralisir sifat buruk dalam diri manusia yang disebut dengan Sad Ripu yang meliputi Kama (sifat penuh nafsu indriya), Lobha (sifat loba dan serakah), Krodha (sifat kejam dan pemarah), Mada (sifat mabuk atau kemabukan), Matsarya (sifat dengki dan iri hati), dan Moha (sifat kebingungan atau susah menentukan sesuatu).

 

“Walaupun dalam kondisi pandemi Covid-19 kita harus tetap beryadnya, sehingga tercipta hubungan yang harmonis antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia, begitupun manusia dengan alam lingkungan harus tetap dijaga sebagaimana mestinya tetapi dengan catatan untuk selalu mematuhi protokol kesehatan agar kita semua terhindar dari bahaya virus Covid19,” imbuh Jaya Negara.

Sementara Manggala Karya, I Made Suastana mengatakan, rentetan Upacara Ngenteg Linggih Padudusan Alit Wraspatikalpa Agung Lan Nyurud Ayu Ring Pura Acintya Dharma Mandala Ratu Bagawan Penyarikan Banjar Petangan Gede, Desa Adat Pohgading Desa Ubung Kaja ini sudah di mulai sejak tanggal 30 April 2022 dan berakhir pada 17 Mei mendatang.

“Upacara ini sudah lama tidak dilaksanakan sejak 53 tahun yang lalu, dan kini dilaksanakan sekaligus usai dilaksanakan pamugaran balai banjar dan bangunan pura banjar yang diresmikan oleh Bapak  Walikota Jaya Negara dengan penandatanganan prasasti,” katanya.

Lebih lanjut dikatakannya acara ini sangat baik dilakukan untuk saling membantu sesama krama. Harapan kami Pemkot Denpasar beserta krama banjar mendukung acara metatah massal ini sehingga dapat dilaksanakan, minimal setiap 10 tahun sekali melaksanakan acara ini dengan tidak membebankan biaya kepada krama banjar alias gratis. (MBP)

See also  Jaya Negara Video Conference Dengan Mensos Bahas Rakor Bansos Tunai Penanganan Covid 19

 

redaksi

Related post