Kadek Sancaya Dwi Permana, Juara Arak Bali Festival
Denpasar – baliprawara.com
Kadek Sancaya Dwi Permana alias Sanca berhasil menjadi pemenang Arak Bali Festival yang diselenggarakan pada 18-19 Desember 2019 di Sanur. Sanca bahkan tidak menyangka berhasil mendapatkan juara satu. Mengingat kemampuan lawan yang dihadapi, melebihi kemampuannya.
Berbekal optimisme dan semangat akhirnya ia dikukuhkan menjadi juara pada festival ini. “Saya yakin, meminta restu semesta dan berbekal konsep yang matang,” akunya.
Pria kelahiran 9 Mei ini memulai karirnya sebagai seorang waiter di salah satu hote di Denpasar, kemudian beralih menjadi bartender profesional sejak 2018 disalah satu club ternama di wilayah Legian. “Tidak langsung sebagai bartender, awalnya saya bekerja sebagai barback selama 3 bulan kemudian saya mendapatkan promosi sebagai bartender,” paparnya.
Sejak saat itu, ia pun mulai memacu diri dengan mengikuti kompetisi dari skala kecil hingga saat ini skala besar. Anak kedua dari dua bersaudara ini melalui hari-harinya bekerja sebagai seorang bartender di Bikini Restaurant, Seminyak.
Pria asli Desa Busungbiu, Singaraja ini mengakui, jalan menuju puncak itu memang tidak mudah. Namun ia nikmati segala prosesnya dan menjadikan setiap pengalaman sebagai sebuah pembelajaran untuk lebih baik lagi. Ia juga mengatakan meracik minuman bukanlah sesuatu yang mudah, seorang bartender harus memiliki kemampuan yang lebih sehingga minuman yang dihasilkan bukan saja nikmat tapi bagaimana yang menikmati mengerti filosofi dari minuman yang diracik.
“Seperti saat kompetisi kemarin misalnya, cocktail yang saya sajikan kemarin konsepnya adalah ‘Boreh’, saya ingin mengangkat dan memingatkan untuk semua khususnya milenial di Bali agar menjaga dan melestarikan tradisi leluhur kita,” harapnya.
Ditanya terkait tantangan kedepan, pria 21 tahun ini menjelaskan, meracik minuman semacam whisky dan semacamnya sudah terlalu mainstream dan sudah banyak orang bisa. Tapi kata dia, kalau meracik minuman dari arak menjadi sebuah tantangan tersendiri baginya. “Karena setiap arak dari daerah yang berbeda seperti di Buleleng ada yang namanya GGH dan Karangasem juga berbeda. Masing-masing memiliki karakter yang berbeda. Jadi banyak challenge -nya, kalau saya lebih suka racik minuman dengan dasar arak,” ujarnya.
Diakuinya, menjalani profesi sebagai seorang peramu minuman atau yang lebih keren disebut sebagai bartender memang memiliki tantangan tersendiri. Mulai dari dipandang sebelah mata, bahkan dicap sebagai profesi yang kurang bagus untuk berkarir karena cukup dekat dengan alkohol.
Meski demikian, dirinya justru menjadikan itu sebagai motivasi diri dan membuktikan jika anggapan itu salah. “Saya tahu ini berat tapi saya buktikan dengan prestasi. Saya hanya menyayangkan atas apa yang mereka nilai tentang seseorang,” katanya sembari menunjukkan trofi prestasinya. (praw)