Konten Bermutu Tak Sekadar Viral, Namun Harus Konsisten Berkonten Positif
MANGUPURA – baliprawara.com
Pandangan masyarakat terkait konten viral yang beredar di media sosial sebenarnya tidak selalu berarti itu konten tidak baik. Menurut Arie Je selaku Creative Director Froyonion, ketika masyarakat membicarakan konten yang viral di media sosial, sebenarnya yang menjadi kegelisahan masyarakat adalah kegelisahan konteks dari konten tersebut.
“Membedakan konten dengan konteks saja belum cukup. Tolak ukur yang dibicarakan pun belum jelas, seharusnya yang lebih diperhatikan itu konteksnya, komunikasi yang disampaikan, dan pesannya apa,” ujar Arie Je disela acara webinar bertajuk Diskusi Santai Efektif nan Bermanfaat (Disinfektan) yang mengusung tema “Bikin Konten Bermutu Tak Sekadar Viral” dalam rangka kampanye sosial Go Away Covid-19, Sabtu, (13/06).
Pada kegiatan yang digelar Mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP Unud ini, terungkap, untuk membuat konten yang positif dan baik diperlukan suatu formula penting yang harus diperhatikan. Menurut Dr. Firman Kurniawan, membuat konten positif dapat dilakukan dengan menerapkan formula yang disebut STEPPS (social currency, trigger, emotion, public, practical value, story). “Konten-konten yang menyebar luas (viral-red) dan yang kita utamakan berkualitas itu biasanya mengandung formula STEPPS ini,” ujar Dosen Universitas Indonesia ini.
Konten adalah wadah untuk menuangkan ide dan gagasan yang ingin disampaikan kepada orang lain. Untuk beraktualisasi diri menjadi seorang content creator, hal yang paling diperhatikan adalah ciptakan konten yang kreatif, sesuai passion, dan tetap konsisten. Menurut Harwinsyah, dalam pandangan content creator diperlukan juga segmentasi jenis konten untuk menjaga konsistensi. “Scheduling untuk content creator dalam membuat sesuatu perlu sih untuk konsistensitas itu tetap terjaga,” jelas pria yang berprofesi sebagai Content Director Froyonion.
Dalam menampilkan sebuah konten tak dimungkiri akan terdapat komentar-komentar yang disampaikan masyarakat baik itu positif ataupun negatif. Sehingga perlu untuk tetap yakin pada kemauan diri dalam menyampaikan konten tersebut kepada orang lain selagi konten tersebut bersifat positif dan bermanfaat. “Ikuti keinginan diri, jangan terlalu memikirkan evaluasi orang lain, yang penting adalah jadi diri sendiri dan konsisten tetap produksi konten,” tambah Firman.
Baik buruknya konten viral yang beredar di media sosial itu tergantung konteks konten yang disampaikan. Ketika membuat konten yang bermutu, utamakan untuk tetap konsisten menghasilkan karya-karya yang positif dan kreatif sesuai dengan passion yang dimiliki.
Ketua Panitia Go Away Covid-19, Kadek Sutama Yasa, menyebutkan bahwa Disinfektan by Go Away Covid-19 ini dilakukan sebagai salah satu bentuk edukasi terhadap masyarakat dalam membuat konten, terutama untuk membuatnya bermutu. “Membuat konten agar viral itu tidak sulit, namun membuatnya menjadi bermutu dan bermanfaat bagi masyarakat adalah tantangan tersendiri bagi kita semua,” ujarnya.
Diskusi yang disiarkan langsung melalui Youtube Channel Udayana TV mulai pukul 13.55 WITA tersebut membahas tentang pentingnya membuat konten kreatif yang bermutu dan berkualitas, tantangan dalam membuat konten yang bermutu di masa pandemi, dan tips untuk tetap produktif dalam membuat konten kreatif selama masa pandemi. (MBP)