Kwarda Bali Angkat Kakak Beradik di Banjar Panca Dharma Jadi Keluarga Asuh
MANGUPURA – baliprawara.com
Kisah pilu dialami sepasang kakak beradik bernama Made Widiantara (19) dan Ni Komang Sukma Dewi (11) warga Banjar Panca Dharma, Desa Mengwitani, Kecamatan Mengwi, Badung. Ayah Meninggal, Ibu Menikah Lagi, Kakak beradik ini terpaksa harus banting tulang bekerja untuk bertahan hidup. Dari latar belakangi itu, Ketua Kwartir Daerah Gerakan Pramuka Bali, I Made Rentin, mengunjungi kediaman kedua anak tersebut pada Selasa (7/7). Dalam kunjungan tersebut, Kwartir Daerah Gerakan Pramuka Bali menyerahkan bantuan bahan pokok makanan dan peralatan belajar.
Melalui kesempatan tersebut, I Made Rentin mengatakan, Kwarda Bali akan mengangkat Made Widiantara dan Ni Komang Sukma Dewi menjadi keluarga asuh. “Kami akan berkoordinasi dengan pihak terkait agar bisa dibantu meringankan beban kedua anak ini,” katanya.
Untuk diketahui, sang ayah dari kedua anak ini telah meninggal dunia sekitar tahun 2013. Setelah beberapa tahun, ibunya kemudian menikah lagi. Ironisnya lagi, kedua anak ini sebenarnya memiliki seorang kakak lagi. Namun, kakak tertuanya mengalami gangguan jiwa sehingga harus dirawat di RSJ Bangli.
Menurut Putu Agus Ariadi kakak sepupu mereka, selama ini Made Widiantara dan Ni Komang Sukma Dewi, hanya tinggal berdua di rumah sederhana peninggalan ayahnya. “Saat ini mereka hanya tinggal berdua. Sebenarnya punya kakak tapi mengalami gangguan jiwa,” ungkapnya.
Dikatakan Agus, untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, Made Widiantara terpaksa harus bekerja. Meski dirinya saat ini masih berstatus pelajar kelas XII di SMA Widya Brata Mengwi. Setelah pulang sekolah, ia baru bekerja dengan membersihkan warung. “Dia kerjanya dari sore setelah pulang sekolah. Karena Covid-19 warung tutup jadi sudah tidak bekerja lagi,” kata Agus Ariadi menuturkan.
Tak hanya sang kakak yang bekerja, adiknya Ni Komang Sukma Dewi juga ikut bekerja sepulang dari sekolah. Komang Sukma Dewi yang duduk di bangku Sekolah Dasar (SD) bekerja di tetangganya membuat canang untuk dijual. Setiap membantu membuat canang dia diberi upah Rp 10 ribu.
Sementara Made Widiantara dan Komang Sukma Dewi saat ditemui di rumahnya mengakui mereka kesulitan untuk melunasi biaya sekolah selama dua tahun. Dimana biaya sekolah yang ditunggak diperkirakan hampir Rp 10 juta. Per bulan ia mestinya bayar sekolah Rp 400 ribu. “Saya tak sanggup bayar (biaya sekolah-red), tapi kalau untuk makan saja masih bisa,” kata Made Widiantara.
Dalam kunjungan tersebut, sejumlah pengurus Kwartir Daerah Gerakan Pramuka Bali turut mendampingi. Yakni antara lain Wakil Ketua Usaha Kreatif Inovatif dan Pengembangan Sumberdaya, I Gusti Ayu Diah Yuniti, Bendahara Kwarda Bali, Putu Dewi A, Sekretaris Kwarda Nyoman Aryawan, Andalan Informatika Rudianto dan Dewan Kerja Daerah (DKD) Bali. (MBP)