Lantunkan Musik Tradisional, Komunitas Sunda Wiwitan di Bali Tangkil di Pura Dalem Solo
Komunitas sunda wiwitan di Bali, yang tergabung dalam Padepokan Gagak Karancang Indonesia, memainkan musik tradisional saat tangkil di Pura Dalem Solo.
MANGUPURA – baliprawara.com
Komunitas sunda wiwitan di Bali, yang tergabung dalam Padepokan Gagak Karancang Indonesia, secara rutin, melakukan persembahyangan di Pura Dalem Solo, belum lama ini. Hal itu menurut Guru Besar Padepokan Gagak Karancang, Ki Raga Sukma, Pura Dalem Solo yang berlokasi di Desa Sedang, Kecamatan Abiansemal, Badung ini, jika dilihat dari sejarahnya, Pura ini dikatakan merupakan warisan dari leluhur di Nusantara. Yakni warisan pada masa kerajaan Majapahit.
Begitu juga Sunda Wiwitan ini kata Ki Raga Sukma, masih satu garis keturunan dengan orang Bali. “Kita masih satu pucuk. Kalau ditarik garis tengahnya kita masih satu garis keturunan juga,” kata Ki Raga Sukma.
Persembahyangan yang dilakukan di Pura Dalem Solo ini kata dia, selain didasari secara niskala, ternyata juga berdasarkan panggilan hati. Persembahyangan di Pura ini lanjut dia, sudah dilakukan rutin sejak tahun 2020, tepatnya sebelum Covid-19. “Kita sering sembahyang disini (Pura Dalem Solo-red) saat rahinan-rahinan. Bahkan, kita juga sering sharing tentang budaya, tentang sejarah. Kalau bukan kita siapa lagi yang menjaga dan melestarikan sejarah dan budaya warisan leluhur,” ucapnya.
Saat melakukan persembahyangan di Pura Dalem Solo ini, bukan hanya diikuti oleh komunitas Sunda Wiwitan saja, namun juga ada komunitas dari Jawa, yakni Jawa Tengah, Jawa timur, bahkan ada dari NU juga hadir. “Kita disini menjalin silaturahmi, menjalin kekeluargaan. Astungkara, alhamdulillah semakin banyak saudara,” katanya mengucap syukur.
[quads id=1]
Dalam proses persembahyangan, mereka menggunakan Waditra atau musik tradisional Sunda Wiwitan seperti karinding, celempung dan alat lainnya. Lantunan alat musik yang mengiringi proses persembahyangan ini, menurutnya, hampir sama fungsinya seperti Genta yang digunakan para pendeta umat Hindu di Bali. “Astungkara metaksu, semoga sembahyang kita diterima oleh Hyang Widhi Wasa, betara betari yang ada di Pura Dalem Solo,” harapnya.
kalau sunda wiwitan tidak hanya mantra yang diucapkan, namun doa itu dari hati. Dengan membunyikan karinding itu, juga ibarat sebuah mantra yang mengkoneksi dengan leluhur atau tuhan Sanghyang Karsa. “Kita mengenal juga konsep Betara Betari. Ada kesamaan konsep hindu Bali dengan Sunda Wiwitan,” bebernya. (MBP1)
[quads id=1]