Libatkan Ratusan Pedagang, Pasar Majelangu Desa Adat Tuban Kembali Digelar
MANGUPURA – baliprawara.com
Desa Adat Tuban, Kecamatan Kuta, Badung, kembali menggelar Pasar Majelangu, saat hari Ngembak Geni atau sehari setelah hari raya Nyepi, Kamis 23 Maret 2023. Kegiatan yang sempat tidak digelar selama 3 tahun akibat pandemi Covid-19, akhirnya kembali digelar sebagai ajang silaturahmi dengan masyarakat Tuban.
Dalam pergelaran pasar yang dibuka hanya sehari itu, sebanyak 60 Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dan 80 pedagang kaki lima ikut dilibatkan di sepanjang Jalan Raya Tuban, atau tepatnya di sekitar Taman Satria Gatot Kaca ke Utara. Diharapkan dengan pembukaan pasar tersebut bisa menjalin silaturahmi antara warga serta menggerakkan roda perekonomian.
Menurut Bendesa Adat Tuban, Wayan Mendra, kegiatan Pasar Majelangu ini, merupakan kegiatan yang digelar setelah hari Raya Nyepi, atau saat Nembak Geni. Tujuan dari diadakannya kegiatan tersebut sebagai upaya Dharma Santhi yang ditandai dengan silaturahmi dengan masyarakat Tuban yang sangat heterogen.
Selain itu kata Mendra, kegiatan juga sebagai upaya memupuk rasa persaudaraan dan persatuan yang ada di desa. Begitu juga keterlibatan dari UMKM, sebagai langkah dari desa adat untuk membangun ekonomi kerakyatan dan diharapkan perekonomian masyarakat lokal kembali bergeliat.
“Pasar Majelangu ini juga untuk melestarikan adat seni dan budaya. Karena ada penampilan Seni dari anak-anak sampai orang dewasa. Sehingga kita bisa melihat sejauh mana, seni dan budaya bisa dilestarikan. Apalagi Desa Tuban berada di pintu masuk ke Pulau Dewata,” katanya.
Lebih lanjut kata Mendra, Pasar Majelangu kembali digelar setelah vakum selama tiga tahun karena pandemi Covid-19. Dalam pergelaran perdana setelah pandemi Covid-19 ini melibatkan 140 pedagang yang terdiri dari 60 pelaku UMKM dan juga 80 pedagang kaki lima. Yang mana, untuk UMKM disediakan tenda dari desa adat, sementara pedagang kaki lima membawa tenda/rombong masing-masing.
Saat ini, kata Mendra, yang mendominasi dalam pembukaan pasar itu dari UMKM yang bergerak di bidang kuliner. “Pada pergelaran kali ini melibatkan semua UMKM dan pedagang kaki lima yang ada di Desa Adat Tuban, semuanya dari Tuban,” jelasnya saat ditemui di lokasi Kamis siang.
Menurut dia, jumlah UMKM dan pedagang kaki lima kali ini cenderung lebih sedikit jika dibandingkan sebelum pandemi. Yang mana, sebelumnya mencapai 200 stand UMKM dan ratusan pedagang kaki lima. Dia tidak memungkiri, adanya pengurangan stand ini karena melihat situasi dan kondisi saat ini.
Di mana, perekonomian belum maksimal, sehingga masih terasa dampaknya kepada masyarakat luas, termasuk di Tuban. “Walaupun Covid-19 sudah melandai, perekonomian dunia masih belum normal. Dampak positif ekonomi masih belum maksimal. Maka, kami hanya membuka separuh stand saja dari biasanya,” terangnya.
Kegiatan ini dibuka dengan ditandai pembunyian Ceng-ceng oleh Lurah Tuban, dan dilanjutkan dengan Med Medan. Untuk diketahui, Med Medan tidak ubahnya semacam lomba tarik tambang. Yaitu dengan melibatkan krama Desa Adat Tuban, termasuk para remaja dari dua sekaa teruna di Desa Adat Tuban.
Dahulu, tradisi tersebut dilaksanakan dengan secara total menggunakan bangsing bingin (akar gantung pohon beringin) sebagai sarananya. Namun kini, bangsing bingin hanya digunakan sebagai simbolis, dengan cara mengikatkannya pada bagian tengah tali tambang.
Selain Med Medan, Pasar Majelangu juga dihiasi dengan berbagai pertunjukan kreativitas seni dan budaya. Mulai dari marching band anak-anak, tari-tarian nusantara, barong, sekaa santhi, pertunjukan seni bela diri, serta penampilan sekaa gong, sekaa angklung, dan musik modern. “Tujuan utamanya ada silaturahmi, demi mewujudkan kerukunan umat beragama,” tuturnya. (MBP1)