Lima Persen Dari Total Luasan Subak Jatiluwih Dijadikan Demplot Pertanian Organik
TABANAN, – baliprawara.com
Di tengah pesona alam dan sejarah panjang Subak Jatiluwih yang terhampar di atas lahan seluas 227 hektar, kini tengah diarahkan untuk pertanian organik. Manajemen Daya Tarik Wisata (DTW) Jatiluwih, dengan dukungan dari pekaseh, perwakilan petani, dan akademisi, kini sedang mematangkan upaya penerapan pertanian organik. Dalam pertemuan koordinasi belum lama ini, disepakati bahwa lima persen dari total luas subak atau sekitar 12 hingga 15 hektar akan dijadikan sebagai demplot pertanian organik.
Ketut Purna, yang akrab disapa Jhon dan menjabat sebagai Manajer Operasional DTW Jatiluwih, menegaskan bahwa demplot ini bertujuan untuk mendorong para petani beralih ke pupuk organik. “Jika hasilnya baik, tentu perlahan petani akan melirik dan seluruh areal subak Jatiluwih bisa sepenuhnya organik,” ujar Purna pada Jumat, 19 Juli 2024.
Transisi menuju pertanian organik ini tidak hanya sekedar wacana. Manajemen DTW Jatiluwih berkomitmen memberikan subsidi pupuk organik kepada para petani. Selain itu, kolaborasi dengan akademisi dari universitas ternama di Bali memastikan program ini berjalan dengan baik, mulai dari teknik budidaya hingga pemasaran hasil pertanian. Seorang pelaku pertanian di desa Jatiluwih juga siap membeli hasil pertanian organik, memastikan petani memiliki pasar yang jelas.
Purna menyatakan, dorongan menuju pertanian organik ini diharapkan dapat menjaga keseimbangan ekosistem dan keberlanjutan lingkungan di masa depan. Selain itu, peningkatan kualitas hasil pertanian dan nilai tambah bagi petani diharapkan dapat mendukung pariwisata berkelanjutan di Jatiluwih, yang telah diakui sebagai destinasi wisata warisan dunia UNESCO.
Dengan langkah konkret ini, Subak Jatiluwih tidak hanya mempertahankan budaya agraris Bali, tetapi juga menjadi pionir dalam praktik pertanian berkelanjutan di Indonesia.(MBP8)