Lomba Kerajinan Cinderamata Gajah Mina PKB 2023 Minim Peserta
DENPASAR – baliprawara.com
Membuat karya seni untuk produk souvenir, idenya sangat bagus. Terlebih pariwisata Bali sudah mulai bangkit, sehingga benda seni ini menjadi peluang sebagai oleh-oleh bagi para wisatawan. Hal ini juga menarik untuk membangkitkan generasi-generasi seniman patung di Pulau Dewata.
Untuk itu, pada Pesta Kesenian Bali (PKB) XLV 2023 ini, digelar Wimbakara (Lomba) Kerajinan Cinderamata Gajah Mina. Lomba ini, diikuti oleh peserta yang merupakan duta dari kabupaten/kota di Bali.
Bertempat di Kalangan Ayodya, Art Center Taman Budaya, Provinsi Bali, Senin 19 Juni 2023, lomba ini menjadi tontonan perdana dalam Pesta Kesenian Bali (PKB) XLV. Dengan menggunakan bahan limbah laut, baik yang berupa kayu atau bambu, disulap menjadi barang seni yang bernilai ekonomis. Bentuknya, unik dan menarik.
Tapi Sayang, peserta untuk lomba ini sangat sedikit. Menurut salah satu dewan juri, Dr. I Ketut Muka Pendet, pihaknya menduga, kemungkinan kegiatan ini tidak disosialisasikan sampai ke bawah oleh masing-masing kabupaten. Sehingga tak banyak yang mengetahui lomba ini. Meski kata dia, di masing-masing kabupaten, memiliki cukup banyak pematung terutama dari kalangan anak muda.
“Idenya bagus yang membuat Cindera Mata Gajah Mina, tetapi sayang minim peserta. Kalau menjuri dengan peserta yang lebih banyak itu akan lebih bagus. Padahal, di tiap-tiap kabupaten itu sangat banyak memiliki pematung, terutama anak-anak muda. Sebut saja di Ubud, gudangnya para pengrajin,” kata Ketut Muka yang juga Wakil Rektor Bidang Umum, Keuangan, dan Kepegawaian, Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar.
Dikatakan, Gajah Mina ini idenya diterjemahkan dari tema besar PKB XLV, yakni “Segara Kerthi: Prabhaneka Sandhi, Samudra Cipta Peradaban”. Gajah Mina kata dia, merupakan binatang yang ada di laut yang visualnya berupa ikan berkepala gajah, diterjemahkan dalam bentuk cendramata.
Menurutnya, Bangkitnya pariwisata, maka lomba ini akan memicu mereka untuk membuat karya seni yang lebih banyak. Gajah Mina sebagai produk kerajinan untuk cinderamata, menjadi sangat menarik. Artinya, kontek budaya dan pariwisata dengan mengangkat tradisi menggunakan bahan-bahan daur ulang dari limbah laut, seperti kayu yang masih sangat bagus.
Para peserta yang merupakan seniman muda memiliki gaya kreativitas tinggi. Bagaimana mereka merangkai menjadi sebuah bentuk dengan konsep seni imajinatif. “Paling tidak ada tiga kategori yang muncul dari sebuah bentuk cenderamata tersebut,” ucapnya.
Para peserta lomba ini rata-rata memiliki dasar seni, sehingga mampu mengolah bahan sebagai media menuangkan ide. Pertama, ada yang membuat atau menyesuaikan dengan bentuk yang didapat, inspirasinya muncul dari bentuk bahan kayu ditemukan, kedua ada yang memunculkan bentuk dari merangkai, seperti menambahkan bilah-bilahan kayu, dan ketiga ada yang membentuk dengan membuang kayu yang melekat.
“Bahannya berupa daur ulang, memakai bahan limbah bambu yang hanyut ke laut, lalu dibuat disesuaikan dengan bentuk yang didapat. Ini sungguh menarik,” katanya.
Seniman asal Nyuh Kuning Ubud ini menegaskan, Gajah Mina imajinasi sebuah kenamaan binatang laut berbadan ikan dan berkepala gajah. Tetapi, kalau kenyataan yang ada itu binatang gajah laut itu ada. (MBP1)