Majukan Perfilman Lokal, Komisi Film Bali Lakukan Pemetaan untuk Perkuat SDM

 Majukan Perfilman Lokal, Komisi Film Bali Lakukan Pemetaan untuk Perkuat SDM

Ketua Komisi Film Bali, I Gusti Made Aryadi,S.Sn., M.Sn. (tengah) didampingi Wakil Ketua,Puja Astawa (kanan) dan Dendy Darma Satya, saat memberi keterangan, Sabtu (29/10/2022).

DENPASAR – baliprawara.com

Bali selama ini selalu menjadi lokasi produksi film, baik oleh production house (PH) nasional maupun Internasional. Namun yang menjadi permasalahan saat ini, Sumber Daya Manusia (SDM) di Bali, hanya menjadi penonton dan pembantu saja dan tidak terlibat secara langsung di posisi lebih setara dengan pelaku dari luar. Padahal kemampuan SDM lokal Bali, tidak kalah saing. 

Seperti yang disampaikan Ketua Komisi Film Bali (KFB), I Gusti Made Aryadi,S.Sn., M.Sn., kemampuan SDM Bali sebenarnya tidak kalah dengan SDM dari luar. Namun, selama ini kata dia, SDM Bali, kurang mendapat kesempatan dalam menampilkan karya mereka, karena masih kurangnya ruang eksibisi untuk memutar karya mereka. Selain itu, untuk penguatan SDM mereka kurang mendapat kesempatan belajar. 

Oleh karena itu, para kreatif di Bali, baik itu filmmaker, konten dan lainnya, kumpul bersama menyamakan persepsi. Para kreatif ini, kemudian menghimpun diri, satu visi misi untuk pergerakan dan perkembangan film di Bali, dengan membuat suatu komisi yang bernama Komisi Film Bali. 

Menurut Gusti Aryadi, KFB ini dibentuk awalnya karena pihaknya ingin para filmmaker lokal Bali, bisa menjadi tuan dirumah sendiri. Melalui KFB pihaknya ingin membangun ekosistem perfilman yang baik. Selain itu, pihaknya juga ingin mengangkat konten-konten lokal Bali, sesuai pakem dan aturan yang ada di Bali. “Kita ingin membangun ekosistem perfilman di Bali. Sehingga industri film bisa berjalan dan berdampak pada produsen film di Bali,” katanya saat sosialisasi Komisi Film Bali, disela kegiatan D’Youth Festival 2022, di Gedung Dharma Negara Alaya, Denpasar, Sabtu 29 Oktober 2022.

 

Dibentuknya Komisi Film Bali ini, juga sebagai bentuk keseriusan untuk kemajuan perkembangan film di Bali. Yang mana, nantinya ketika nanti orang orang yang akan shooting di Bali, pihaknya juga akan menjadi penanggung jawab dan menjaga pakem yang ada di Bali. Sehingga, dengan adanya Komisi Film Bali, kedepannya juga diharapkan dapat menjadi monitoring dan memfilter semua hal yang tidak sesuai dengan adat budaya bali. 

Oleh karenanya, saat ini KFB juga turut terlibat dalam pembuatan regulasi dan perizinan yakni Undang-undang layanan produksi film di Bali. hal itu juga sebagai upaya untuk menunjang program dari pemerintah pusat bersama Kemeko Marves, Kemenpar, Kemendikbud dan pihak terkait lainnya, bahwa Bali akan menjadi kota pertama di Indonesia sebagai tempat tujuan Investasi bidang film. “Bali akan menjadi mega proyek dari kementerian. Untuk itu kami sekarang bersama pemerintah, duduk bersama membuat regulasi, agar nantinya ketika orang luar bali maupun mancanegara yang datang, akan mengikuti regulasi dan perizinan terkait perfilman yang dibuat,” ucapnya. 

Untuk itu, pihaknya mengajak semua penggiat film di Bali, anak bergandengan tangan, memajukan Bali melalui film. Karena Bali sudah sangat kuat dan layak untuk menunjukkan karyanya ke luar, bahkan bisa ditayangkan di bioskop-bioskop, dapat  melahirkan sineas-sineas handal. Lebih lanjut dirinya mengatakan, kedepan, untuk lebih mengaungkan industri perfilman lokal Bali, pihaknya melalui KFB akan melakukan roadshow ke desa-desa di Bali yang tidak terjamah bioskop, untuk mengenalkan karya-karya filmmaker Bali. Sebelumnya kata dia, upaya ini telah diawali pada event Digifest, dan saat ini berlanjut pada kegiatan D’Youth Festival 2022. “Kehadiran Komisi Film Bali di D’Youth Festival ini, sebagai upaya kami untuk memperkenalkan karya-karya filmmaker Bali,” terangnya.

See also  Jurusan Teknik Sipil PNB, Lakukan Pemetaan Kawasan Pura Geriya Tanah Kilap Denpasar

 

Komisi Film Bali yang baru saja terbentuk Bulan April 2022, saat ini sedang melakukan pendataan terhadap keberadaan pelaku film di Bali, baik di komunitas, rumah produksi.  Sehingga nantinya dapat dipetakan, siapa saja pelaku perfilman yang ada, seperti di bidang sutradara, sinematografi, penata suara, Artistik dan sebagainya. Dengan demikian, kedepan bisa dilakukan penguatan SDM untuk pembentukan kemampuan maupun Skil. Dengan harapan, bila pelaku film dari luar akan shooting di Bali dan memerlukan kru, SDM lokal bisa dilibatkan.

Anggota Komisi Film Bali, Dendy Darma Satya yang juga director of photography di Partikel Production, menyampaikan hal senada terkait pentingnya regulasi terkait perfilman. Pasalnya, selama ini kata dia, banyak PH nasional dan internasional yang curi-curi kesempatan melakukan produksi Film di Bali. Sementraa itu, terkait SDM.lokal Bali, juga sering dipandang sebelah mata. Bahkan, ada diskriminasi antara kru lokal dengan kru luar, baik dari sisi posisi maupun treatment. Padahal kata dia, banyak orang kompeten di bidang perfilman di Bali. “Sering dipandang sebelah mata.  Di bali dianggap sumberdaya murah dan SDM murah. Banyak yang kucing-kucingan melakukan syuting di lokasi tempat tempat suci. Ini perlu diatur melalui regulasi yang jelas,” ucapnya.

Sementara itu, Wakil Ketua Komisi Film Bali,Puja Astawa, berharap orang-orang Bali bisa membuat film sendiri. Jangan hanya orang luar yang shooting di Bali. “Harapan mari bergerak bersama supaya Bali bisa lebih dikenal melalui filmnya,” harapnya. (MBP1)

 

redaksi

Related post