Mangku Pastika Minta Warga Flobamora Bali Patuhi Aturan Kependudukan dan Menyama Braya dengan Krama Bali

 Mangku Pastika Minta Warga Flobamora Bali Patuhi Aturan Kependudukan dan Menyama Braya dengan Krama Bali

DENPASAR – baliprawara.com

Anggota DPD RI Made Mangku Pastika yang juga sebagai Bapa Tua warga Flobamora Bali meminta warga Flobamora Bali melengkapi identitas kependudukannya dengan mengurus kartu tanda penduduk (KTP) sehingga memiliki identitas yang jelas selama mencari penghidupan di Bali. Hal itu dikatakan Mangku Pastika dalam dialog interaktif secara virtual bersama para ketua 23 unit paguyuban dalam Flobamora Bali (sebagai representasi dari 21 kabupaten dan satu kota di NTT), saat HUT ke-36 Ikatan Keluarga Besar Flobamora Bali, di Denpasar, Sabtu (18/09/2021) petang.

 

Menurut Mangku Pastika, warga Flobamora di Bali harus taat aturan dan memiliki semangat ber-nyama braya dengan sesama krama Bali agar sama-sama menjaga Bali. “Mempunyai identitas itu membuat orang menjadi bermartabat. Kalau tidak, dia tidak diakui, siapa orang ini,” tegas Mangku Pastika yang pernah menjadi Kapolda NTT tahun 2000 – 2001 dan sebelumnya pernah bertugas di NTT tahun 1975 sebagai persiapan “masuk” ke Timor Portugis.

 

Karena itu Mangku Pastika meminta pengurus Flobamora harus membantu anggotanya untuk mendapatkan KTP, menelusuri  mengapa mereka bisa berangkat dari daerahnya (NTT) tanpa identitas. Mangku Pastika bejanji akan membahas soal ini dengan Julie Laiskodat, anggota DPR RI asal NTT, dan anggota DPD RI asal NTT.

 

Menanggapi hal itu, istri Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat itu berjanji akan memfasilitasi warga NTT di Bali agar mendapatkan KTP NTT. “Kita jemput bola. Mohon saya diberikan data per kabupaten terutama yang warganya banyak belum ber-KTP agar kami memfasilitasi mendapat KTP NTT di Bali,” kata Julie Sutrisno Laiskodat secara virtual dari Jakarta.

 

Meski demikian, Julie Laiskodat masih mempunyai kekhawatiran mengenai hak warga NTT di Bali sekalipun sudah memiliki KTP NTT, seperti dikeluhkan Paskalis dan Faris Wangge.

See also  Made Toya Ditunjuk Jadi Plh Walikota Denpasar

“Walaupun kita sudah E-KTP tetapi sepertinya tidak diakui di mana kita tinggal. Obsesi saya adalah seperti di Amerika, hak warganya diakui, sehingga saat pandemic kemarin tidak mendapat bantuan, ini mungkin akan kami bicarakan dengan teman-teman di DPR RI dan Bapa Tua Pak Mangku dan teman-temannya di DPD RI,” sebut Julie. 

 

Pernyataan Mangku Pastika dan Julie Laiskodat  itu menjawab keluhan Paskalis Boli Sabon, Ketua Paguyuban Flobamora Kabupaten  Tabanan, mengenai kesulitan warga Flobamora Bali mendapatkan bantuan sosial selama masa pandemi Covid-19, hanya karena tidak memiliki KTP Bali. Hal yang sama juga dikeluhkan Frais Wangge, Ketua Wua Mesu Ende Lio Bali.

 

Sebelumnya Ketua IKB Flobamora Bali, Yusdi Diaz dalam  sambutannya memaparkan perjalanan 36 tahun organisasi yang dipimpinnya bersama Sekretaris Umum Fredrik Billy. Disebutkan, nama Flobamora Bali diresmikan tahun 1985 di rumah Geroge Pilirobo, di Jalan  Natuna Denpasar pada 15 September 1985, dengan merubah nama Flobamor (singkatan dari Flores, Sumba dan Timor) menjadi  dengan mengakomodir Alor sehingga menjadi Flobamora (Flores, Sumba, Timor dan Alor).

 

“Organisasi ini bisa kita banggakanlah. Kita ini orang-orang biasa tetapi karena kita guyub dan bersatu makanya kita kuat. Berkat bersinergi kita bisa berdaya ubah,” kata Yusdi Diaz.

 

Mengenai jumlah anggota, sebenarnya Flobamora Bali hanya beranggotakan 26 anggota yakni 22 paguyuban dan empat organisasi komunitas, yakni Komunitas Sang Dewi, mahasiswa, Bahu HAM dan Komunitas Jurnalis Flobamora (KJF). Tetapi berdasarkan system informasi keanggotaan dai laman Flobamora Bali, data per hari ini terdapat 11.644 anggota. Permasalahannya adalah soal administrasi kependudukan, yang ber-KTP Bali sekitar 4.000-an. Sekitar 5.000 lebih anggota ber-KTP NTT, tetapi sisanya tidak ber-KTP.

See also  Pascasarjana Unud, Terima Kunjungan IAKN Toraja

 

“Flobamora Bali dalam perjalanannya penuh dinamika. Semangatnya adalah merajut persaudaraan, menenun kebersamaan. Jadi Kita bersamalah, untuk semua yang berkehendak baik, ya kita sama-sama. Karena semua itu diatur dalam ADR-ART. Bahwa dalam perjalanannya ada yang beda frekwensi, beda DNA dengan kami, ya wajar saja. Di dunia ini tidak ketemu, di dunia lain juga akan dipisahkan dengan sendirinya, jadi kalua mau merajut (kebersamaan),  kita bersamalah,” kata Yusdi Diaz.

 

Perayaan HUT ke-36 Flobamora secara virtual ini juga diikuti  oleh Ketua Flobamora Sydney (Australia), Ketua Flobamora Papua dan daerah lain di Indonesia. (MBP)

redaksi

Related post