Manta One, Mengubah Kehidupan Nelayan Pantai Segara Kusamba dalam Upaya Menekan Biaya Operasional
Nelayan pantai Segara Kusamba, Klungkung, menyiapkan mesin listrik Manta One sebelum melaut.
SEMARAPURA – baliprawara.com
Nelayan di kawasan pantai Segara Kusamba, Klungkung, kini semakin terbantu dengan kehadiran mesin listrik Manta One, produksi Azura Indonesia. Dengan mesin berkapasitas 2KW ini, nelayan bisa menghemat biaya operasional lebih banyak jika dibandingkan dengan menggunakan mesin tempel berbahan bakar pertalite.
Manta One merupakan inovasi mesin penggerak elektrik ramah lingkungan. Sebagai sumber energi, Manta One dioperasikan dengan baterai ion litium, dan mampu digunakan selama tiga jam berlayar. Dengan kapasitas baterai tiga jam maksimal untuk jukung berukuran 7-8 meter, mesin ini mampu mengubah kehidupan nelayan dalam upaya menekan biaya operasional dalam melaut.
Nengah Sudiarta anggota Kelompok Nelayan Segara Anyar, Pantai Segara Kusamba, merasa sangat terbantu dengan mesin Manta One ini. Yang mana dalam pengoperasian, biaya yang dibutuhkan lebih irit dibandingkan dengan mesin tempel. Karena untuk mesin tempel, membutuhkan biaya operasional yang cukup mahal hingga puluhan kali lipat.
Selain biaya lebih murah, untuk perawatan mesin juga sangat mudah. Namun tidak dimungkiri, meski hemat biaya, namun ia menyebutkan kalau kapasitas batre masih belum maksimal. Durasi baterai hanya bertahan 1,5 jam kalau melaju kencang,. Tetapi daya baterai bisa bertahan hingga 3 jam bila melaju lambat.
“Harapan ke depan, kemampuan batre bisa tahan lebih lama dari kemampuan sekarang. Karena biasanya kami kalau melaut,jangka waktu cukup lama, bahkan dari pagi sampai sore hari. Untuk kekuatan mesin cukup untuk ukuran perahu kecil. Namun dengan beban berat memang belum maksimal,” ucapnya.
Sementara, menurut Fahri Ahmad selaku Engineer di Azura Indonesia, mesin Manta One ini berkekuatan 2KW, dengan power baterai berkapasitas 20Ah. Masing-masing mesin dipasang dengan 3 batre pack. “Mesin ini diproduksi oleh Azura yang basenya di Bali tepatnya di Gianyar. Saat ini distribusi masih baru mulai di Bali yakni di Kusamba, dan di Kelan. Untuk di luar bali ada di pulau kepulauan seribu, bangka belitung, bahkan ada di Fiji,” ucapnya.
Ke depan, pihaknya akan menaikkan power motor agar bisa lebih kuat. Sehingga tidak hanya untuk nelayan saja, namun juga bisa dimanfaatkan untuk aktivitas pariwisata.
Ketua Kelompok Nelayan Mina Sejahtera Wayan Suardika, menambahkan, keunggulan mesin listrik ini memang sangat membantu mengurangi emisi karbon dan pencemaran lautan akibat kebocoran oli mesin kapal. Selain itu juga sangat irit biaya operasional. Meski demikian, dikatakan, untuk mesin listrik masih terkendala kapasitas baterai.
Penggunaan mesin listrik ini kata Suardika, sudah diterapkan sejak 2 bulan terakhir. Ini bahkan sudah dibuktikan keiritannya 10 kali lipat lebih irit dibandingkan dengan mesin tempel dengan bahan bakar pertalite. Yang mana untuk konsumsi bahan bakar mesin tempel, biasanya menghabiskan 5-10 liter untuk melaut selama 5 jam. Sedangkan mesin listrik cukup dengan 2 batre saja, bisa melaut sampai 5 jam.
”Harapan ke depan semoga nelayan lain bisa memanfaatkan mesin ini. Apalagi dalam kondisi paceklik, tentu bisa menghemat biaya operasional,” harapnya. (MBP)