Masalah Kesehatan Mental Pada Remaja Cukup Tinggi, FAM Health Hadirkan Program Konseling Nite Line

 Masalah Kesehatan Mental Pada Remaja Cukup Tinggi, FAM Health Hadirkan Program Konseling Nite Line

Founder First Aid for Mental (FAM) Health Indonesia, Siti Nur Hasanah.

MANGUPURA – baliprawara.com

Kondisi kesehatan remaja di Bali, sedang tidak baik baik saja. Berdasarkan survei yang dilakukan First Aid for Mental (FAM) Health Indonesia, sebanyak 34,9 persen remaja di Bali mengalami masalah kesehatan mental yaitu kecemasan.

Salah satunya penyebabnya menurut Founder First Aid for Mental (FAM) Health Indonesia Siti Nur Hasanah, karena kekhawatiran ketinggalan jaman atau Fear of Missing Out (FOMO). Hasil riset tingkat kecemasan itu kata dia, menjadi pokok utama masalah pada remaja. Bahkan, sebelum pandemi hingga sekarang ternyata masalah utama tertinggi adalah kecemasan.

“Jadi kita harapkan dengan masalah – masalah yang ada tersebut, farm health bisa membantu masyarakat mengatasi kecemasannya melalui berbagai program sehingga bisa menaikkan tingkat produktivitas SDM masyarakat serta bisa membantu perekonomian negara,” katanya, Minggu 22 Desember 2024.

Menurutnya, kesehatan mental perlu mendapatkan perhatian serius semua pihak, termasuk di Bali. Pasalnya, kesehatan mental merupakan salah satu elemen penting dalam pembangunan sumber daya manusia yang kerap kali terabaikan. Kesehatan mental yang tidak tertangani dengan baik akan berdampak pada banyak masalah kesehatan.

Lebih lanjut dikatakan, teman-teman yang mengalami masalah mental tersebut, biasanya mereka yang produktivitasnya mengalami penurunan, tidak bisa bekerja, tidak bisa beraktivitas sehingga mereka bisa menjadi salah satu beban. Ia pun melihat ada beberapa kategori yang bisa dianggap masalah mental. Ada yang masih kategori pemula, menengah kemudian ada yang atas.

Diungkapkan, mereka yang masuk kategori menengah, merupakan teman-teman yang masih bisa dibantu dengan cara nite line. Sementara mereka yang sudah di area atas, harus mengarahkan mereka ke tenaga ahli, misalnya ke psikolog atau ke psikiater. Tentu ia mengatakan di lapangan masalah itu bervariasi adanya.

See also  Kantor Imigrasi Ngurah Rai, Gelar Syukuran Peringatan HDKD Ke-78

“Misalnya kita ambil salah satu kecemasan. Ada teman teman yang sebenarnya sudah mengalami seperti OCD, terus bipolar, borderline personality disorder itu sebenarnya juga ada. Tapi kita lihat dari tingkat severe mereka begitu,” imbuhnya.

Termasuk terjadi kepada para remaja yang lebih banyak beraktivitas di malam hari karena insomnia akibat overthinking. “Jadi mereka itu berpikir, berpikir, berpikir terus sehingga mereka itu kayak kepalanya itu berisik. Overwhelming sehingga mereka terjaga selama semalaman, mereka scroll scroll handphone bisa sampai berjam jam,” tambahnya.

Untuk itu Fam Health menyiapkan nite line, supaya mereka ada teman curhatnya. Hal itu karena biasanya mereka sulit terbuka dengan keluarga, mereka lumayan tertutup dengan keluarga karena merasa orangtua tidak mengerti keadaannya. “Program nite line tuh kayak bicara. Ngobrol dengan program konseling yang dikasih khusus kepada remaja dan dewasa sampai usia 35 tahun,” ujarnya.

Dengan mereka berbincang, berbicara, ngobrol harapannya dapat memudahkan masalah mereka. Artinya membantu mereka untuk tidak overthinking. Harapannya, pertama, mereka punya teman dan tidak merasa sendirian. Kedua, apabila masalah mereka itu lumayan berat maka akan kita arahkan ke mana harusnya mereka pergi dan mengurangi selfharm atau menyakiti diri sendiri ataupun pemikiran untuk suicide (bunuh diri) seperti itu.

Menurutnya, data pemicu pertama kecemasan tinggi di kalangan remaja itu akibat pengaruh dunia sosial media yang membuat mereka punya kekhawatiran untuk ketinggalan. Sedangkan dengan adanya gadget dan lain sebagainya, membuat para remaja kurang akan melakukan sosialisasi.

Rasa fomo-nya tinggi, copingnya itu berbeda. Hal lainnya selain sosial media, juga cara berteman nya. “Kalau dulu kita masih main petak umpet atau main karet gitu kan? Nah kalau remaja sekarang mainnya handphone, jadi coping untuk sesama manusianya itu berkurang. Nah itu yang sebenarnya juga potensi untuk meningkatkan kecemasan karena manusia itu aslinya makhluk sosial,” jelasnya. (MBP)

See also  Sekda Adi Arnawa Apresiasi Lomba Ogoh-Ogoh Mini

 

redaksi

Related post