Masyarakat Keluhkan Penataan Pesisir Pantai Tanjung Benoa yang Terkesan Mangkrak
MANGUPURA – baliprawara.com
Kondisi proyek Adaptasi Pantai Nusa Dua – Tanjung Benoa – Sanur, terutama yang ada di pesisir Tanjung Benoa, Kuta Selatan, Badung, terlihat amburadul. Tak hanya itu, pengerjaan proyek yang sudah berjalan sejak beberapa bulan terakhir, terkesan mangkrak. Hal itu bahkan dikeluhkan oleh warga Tanjung Benoa, pasalnya material proyek yang dibiarkan begitu saja, sangat mengganggu kunjungan wisatawan. Apalagi saat ini merupakan musim liburan.
Dipantau di sejumlah titik proyek pada Rabu 5 Juli 2203, aktivitas pelaksanaan proyek hanya terlihat pada area penitipan pasir sementara. Sedangkan pada titik-titik lainnya, sama sekali tidak ada kegiatan. Seperti pada area dalam Pura Prajapati Desa Adat Tanjung Benoa yang paving lamanya sudah dibongkar namun belum diganti total dengan paving baru; area parkir (selatan Pura Merajapati) yang bekas bongkarannya masih terlihat menganga; Balai Kelompok Nelayan Segara Ning dan Segara Hyu yang baru dibangun pondasinya; serta Balai Kelompok Nelayan Mina Wisata Bahari yang kabarnya sudah berbulan-bulan belum dilanjutkan dengan pengerjaan pemasangan atap.
Dikonfirmasi terkait permasalahan ini, Bendesa Adat Tanjung Benoa, I Made ‘Yonda’ Wijaya tidak memungkiri adanya kekecewaan yang dilontarkan masyarakat tersebut. Bahkan, tak hanya warga, dirinya selaku bendesa juga merasakan hal serupa.
Pihaknya merasa sangat kecewa, pasalnya saat ini yang memasuki masa liburan, proyek ini justru mangkrak dan material proyek dibiarkan begitu saja. “Setelah dibongkar, objek proyek yang akan dikerjakan, malah ditinggal begitu saja. Tentu hal ini sangat mengganggu saat liburan, karena material proyek dibiarkan berserakan. Terus terang saya sangat kecewa. Sebenarnya, siapapun yang sudah memenangkan tender dari proyek ini semestinya tidak demikian. Semoga kondisi seperti ini tidak terjadi di proyek-proyek lainnya,” kata Yonda yang juga Anggota DPRD Badung Dapil Kuta Selatan tersebut, Rabu 5 Juli 2023.
Lebih lanjut ia menyampaikan, kawasan Tanjung Benoa yang merupakan kawasan wisata, tentunya ketika dilakukan proyek, pihak kontraktor pemenang tender haruslah tetap memperhatikan kenyamanan. “Kalau memang dibongkar untuk dikerjakan, ya harusnya kerjakan dahulu sampai tuntas. Jangan dibongkar, kemudian ditinggalkan, dan tidak tahu kapan akan dilanjutkan,” kata Yonda kecewa.
Berkaitan dengan permasalahan ini, Balai Wilayah Sungai Bali Penida (BWSBP) diharapkan bisa menjadikan kondisi tersebut sebagai sebuah pembelajaran. Agar lebih selektif dalam menentukan pemenang tender, sehingga buruknya kualitas pelaksanaan tidak malah mempengaruhi citra baik BWSBP.
“Saya dan segenap masyarakat Tanjung Benoa sesungguhnya sangat berterimakasih dan antusias menyambut pelaksanaan proyek ini. Bahkan seperti yang sebelumnya saya sampaikan dalam rapat di Kantor Camat, semakin cepat itu dilaksanakan, semakin bagus. Tapi nyatanya di lapangan, sangat mengecewakan,” sebutnya. (MBP)