Melasti, Tawur dan Nyepi, Harmoniskan Buana Alit – Buana Agung

Oleh Prof. Dr. I Gusti Ngurah Sudiana
Melasti dan Tawur Kesanga merupakan dua upacara penting sebagai rangkaian Hari Raya Nyepi. Menurut Lontar Sundarigama, “Melasti ngarania angateraken watek para dewata maring samudra, amet sarining tirta amerta sanjiwani, angayutaken laraning jagat papa klesa, letuhing buwana”. Artinya kurang lebih, Melasti merupakan upacara memohon tirta atau air suci kehidupan di tengah samudra dengan mengusung berbagai Arca, Pratima atau simbol para Dewa, ke laut. Menghanyutkan semua penderitaan dan semua kekotoran alam ke tengah samudera untuk dilebur oleh Dewa Baruna.
Setelah Melasti, Ida Bhatara nyejer di Pura Desa/Pura Bale Agung sampai sehari sebelum Nyepi atau Pengrupukan. Nyejer artinya para Dewa, Bhatara-bhatari yang distanakan di Bale Agung siap menganugerahkan kerahayuan kepada umat. Ida Bhatara nyejer hingga umat selesai melaksanakan upacara Tawur Kesanga dan Pangrupukan sekitar pukul 18.00 atau sandyakala sehari sebelum Nyepi. Kemudian Ida Bhatara kairing kembali ke payogan masing-masing atau di Pura-Pura, di mana Beliau distanakan sebelumnya.
Kemudian dilanjutkan dengan prosesi mengarak ogoh-ogoh. Tawur bermakna nyomia bhutakala. Nyomia bermakna sebuah proses mengembalikan kekuatan negatif yang disimbolkan dengan segala energi dan bentuk menyeramkan di alam semesta ini. Kekuatan butakala itu lalu dinetralisir pada saat Tawur dan Pangrupukan supaya berubah menjadi ernergi positif. Energi negatif berubah menjadi positif maka diyakini akan mendatangkan keharmonisan, kebahagiaan dan kedamaian umat manusia, alam berserta isinya. Dalam mewujudkan kedamaian dan keharmonisan alam, maka masyarakat diajarkan untuk melaksanakan Catur Brata Panyepian pada tanggal apisan Sasih Kedasa atau Nyepi. Pada saat Hari Raya Nyepi itu umat melakukan brata atau pengendalian diri lahir dan batin dengan tidak bepergian, tidak menyalakan api, tidak melakukan hiburan dan tidak bekerja. Umat diam di rumah melakukan yoga semadi agar pikiran hening nikanang ambek atau hening dalam diam.
Jadi, upacara Melasti, Tawur dan Pangrupukan, memiliki kaitan yang sangat erat dan merupakan bagian dari Hari Suci nyepi. Juga merupakan prosesi penyucian diri (buana alit) dan alam raya (buana agung).
Melasti dan Nyepi memiliki tujuan yang sama, yaitu untuk menyucikan diri dan alam semesta. Melasti dilakukan untuk menyucikan diri dan alam sebelum memasuki Hari Raya Nyepi. Juga bertujuan membersihkan energi negatif yang ada di sekitar kita.
Demikian juga Melasti dan Nyepi memiliki tujuan untuk menghormati Sang Pencipta. Melasti dilakukan untuk menghormati Sang Pencipta dan memohon ampun atas segala kesalahan yang telah dilakukan. Hari Nyepi bertujuan memberikan kesempatan manusia untuk menyelaraskan diri dengan alam. Alam diberikan kesempatan untuk bekerja sesuai dengan hukum semesta, supaya selalu dalam keadaan harmonis (hita) untuk menunjang kehidupan manusia agar lebih baik dari sebelumnya.(*)
Penulis, Rektor UHN I Gusti Bagus Sugriwa dan mantan Ketua PHDI Bali.