Mendagri Sebut Kebersihan Mencerminkan Budaya Bangsa

 Mendagri Sebut Kebersihan Mencerminkan Budaya Bangsa

Sejumlah warga membawa sampah untuk ditukarkan dengan beras, Minggu (17/4) di pantai Jerman, Kuta.

MANGUPURA – baliprawara.com

Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Muhammad Tito Karnavian menghadiri launching Aksi #GILAsSampah (Gerakan Inovasi Langsung Aksi Tuntaskan Sampah) dan Pembukaan Internasional Indonesia Waste Expo (IIWAS) Trisense Bali 2020, di pesisir Pantai Jerman-Kuta, Minggu 17 April 2022. Mendagri yang didampingi Gubernur Bali Wayan Koster ini, menegaskan bahwa aksi bersih-bersih lingkungan bukan hanya dalam rangka KTT G20. Melainkan secara berkelanjutan, demi kebaikan dan kesehatan bersama. 

Bukan hanya itu, Mendagri Tito juga menginginkan aksi tersebut tidaklah sporadis di desa/kelurahan, kabupaten/kota, atau daerah tertentu saja. Melainkan secara merata pada semua daerah di Indonesia. “Kita ingin ini tidak hanya karena urusan G20. Menjelang G20 semuanya bersih-bersih, kemudian selesai G20 sampah bertebaran lagi. Tidak, kita ingin ini berkelanjutan. Nanti saya ingin undang seluruh Sekda, Kepala Dinas Lingkungan Hidup, kemudian Kepala Dinas Pekerjaan Umum dari seluruh provinsi dan kabupaten/kota di Indonesia. Karena saya ingin gerakan penanggulangan sampah, bersih-bersih kota/kabupaten, menjadi program nasional. Karena banyak sekali manfaatnya, mulai dari bagian tanggung jawab kepada anak cucu dan lingkungan hingga kesehatan,” katanya.

Lebihblanjut dirinya menyampaikan kalau kebersihan juga sangat penting berkaitan dengan pariwisata. Pasalnya, kebersihan diyakininya juga akan mencerminkan budaya bangsa. Untuk itulah, tidak hanya terkait sampah, namun keberadaan toilet juga menjadi salah satu indikator dari kebersihan. “Bukan hanya sampah, saya minta juga untuk seluruh daerah nanti, toilet-toilet umum juga harus bersih. Karena toilet adalah salah satu indikator kebersihan,” bebernya. 

 

Terkait keberadaan sampah, diakuinya, saat ini sampah telah banyak dimanfaatkan untuk mendulang pendapatan. Tentu hal ini menjadi salah satu sumber ekonomi bagi masyarakat. “Tidak sedikit jenis sampah saat ini juga memiliki nilai ekonomi. Seperti sampah organik yang bisa diolah menjadi kompos serta media budidaya ulat pakan ternak. Sedangkan untuk anorganik seperti plastik dan kertas bekas, itu dapat didaur ulang,” ucapnya.

Sementara itu, Gubernur Bali Wayan Koster mengatakan bahwa, saat ini di Bali ada sejumlah desa yang telah melakukan pengelolaan sampah secara mandiri tanpa membebani pemerintah. Itu dilakukan atas kolaborasi bersama swasta atau usaha-usaha sekitar melalui dana CSR. Inisiatif dari sejumlah desa itulah, kata Gubernur Koster, diharapkan bisa direplikasi oleh desa-desa lainnya. Tentunya atas dorongan dan dukungan, baik dari Pemerintah Daerah ataupun Pusat, sehingga menjadi lebih cepat.  “Ada sejumlah desa yang saya jadikan percontohan, yang menginspirasi pembuatan kebijakan pengelolaan sampah berbasis sumber, itu tidak bergantung pada pemerintah daerah,” ucapnya. (MBP)

 

redaksi

Related post