Mengenang Masa Lalu di Pondok Umapadi, Nikmati Hidangan Tradisional dengan Suasana Pedesaan
Suasana pengunjung di Pondok Umapadi.
BANGLI – baliprawara.com
Pondok Umapadi, yang dulunya merupakan rumah tinggal masa lalu, kini disulap menjadi tempat makan enak dengan suasana pedesaan. Berlokasi di Desa Peninjoan, Kecamatan Tembuku, Bangli, Bali, Pondok Umapadi menjadi tempat makan vintage yang membawa ingatan ke dalam kehidupan masyarakat pedesaan di masa lalu.
Tentu saja, saat berkunjung ke Pondok Umapadi, kita akan disuguhkan suasana rumah masa lalu dengan ditemani hidangan tradisional khas rumahan dengan suasana pedesaan. Yang menarik di lokasi ini, kita juga bisa melihat keberadaan bangunan jaman dulu berupa Bale Daja yang sudah ada sejak tahun 1950an. Bangunan tua ini bahkan masih tetap kokoh berdiri hingga saat ini.
Keberadaan bale Daja ini juga menjadi tempat favorit pengunjung untuk menikmati nikmatnya hidangan yang disajikan. Meski berada di ujung gang kecil dengan suasana terbuka, tempat makan ini bahkan tidak pernah sepi kunjungan. Hal itu terlihat dari pengunjung yang datang silih berganti untuk sekedar bersantai sambil menikmati hidangan spesial Pondok Umapadi.
Menurut Desak Ariani, pengelola Pondok Umapadi, rumah ini sebenarnya merupakan rumah tinggal milik sang Kakek. Rumah ini kata dia, sudah kosong sejak lama sepeninggalan sang kakek.
Rumah ini kata Desak, dibangun sejak 1950 dan masih kokoh hingga saat ini tanpa banyak perbaikan. Karena kosong, ia akhirnya sering mengunjungi rumah ini untuk melakukan bersih-bersih.
“Sejak kakek meninggal, rumah ini lama kosong. Beliau ini merupakan saudara dari kakek kandung saya, yang tinggal sendiri dan tidak memiliki keturunan. Setelah meninggal, rumah ini kosong tak berpenghuni,” kata Desak Ariani, Minggu 3 Agustus 2025.
Karena kosong, keluarga meminta dirinya untuk mengurus rumah ini sekalian bersih-bersih. Kini, Desak rutin mengunjungi rumah tersebut setiap akhir pekan.
“Saya lah yang diminta keluarga sesekali nengok ke sini. Ya sekadar kasih makan ayam, burung, bersih-bersih, setiap akhir pekan. Kalau sehari-hari kan sudah tinggal di Denpasar,” ungkapnya.
Ia menuturkan, sejak dirinya mengurus rumah tersebut, Desak sering membagikan ke media sosial Tiktok, setiap aktivitas akhir pekannya di rumah tersebut. Baik itu kegiatan bersih-bersih, mebanten, memberi makan ayam, berkebun, hingga memasak. Menariknya, konten sederhana yang dibagikan ke medsos ini, ternyata menggugah kenangan masa lalu warganet.
Tak jarang para netizen ikut terbawa kenangan lama setelah menonton konten tersebut. Dari sana, akhirnya banyak netizen yang tertarik untuk datang berkunjung ke rumah tersebut.
“Awalnya punya ide merekam keseharian di pondok, semenjak sepeninggalan kakek. Dari nyapu, mebanten, memberi makan ayam, berkebun, hingga memasak, untuk dibagikan ke medsos. Karena vital, banyak akun-akun yang merepost. Setelah 6 bulan berjalan, banyak yang komentar untuk berkunjung ke pondok untuk melihat rumah yang klasik,” ucapnya.
Namun, ia belum mengizinkan karena masih memikirkan konsep. Meski demikian, ia tetap membuat konten bersih-bersih, menanam sayur, masak-masak dan aktivitas lain. Semakin lama akhirnya semakin ramai yang melihat di medsos.
Setelah setahun berjalan membuat konten, ia memutuskan untuk memulai berjualan di pondok Umapadi. Nama Umapadi sendiri diambil sebagai upaya mengenang bahwa zaman dulu lokasi di sekitar, merupakan tempat menanam padi Gaga. Namun seiring perkembangan zaman, keberadaan padi Gaga sudah tidak ada lagi dan kini diganti dengan kebun milik warga.

Untuk menu-menu yang dihidangkan semua menu tradisional, seperti nasi sela, lak lak. Semua menu yang disajikan menggunakan bahan yang dipetik di kebun atau memanfaatkan hasil alam di kebun.
“Nasi sela di sini, sambal andalan menggunakan sambal bongkot, yang bahannya memetik di kebun belakang. Intinya memberdayakan hasil alam untuk dipakai di jadikan hidangan,” ujarnya.
Selain menu di atas, ada menu-menu tambahan, untuk orang yang pengen menu lain seperti tipat kare, tipat cantok, pisang goreng. Sedangkan, untuk anak-anak ada pisang coklat, sosis. Semua menu yang disajikan harga sangat terjangkau, mulai dari harga Rp 5000.
Untuk masakan yang disajikan, semua merupakan resep keluarga dari ibunda tercinta. Ke depan, pihaknya berharap untuk kuliner tradisional bisa semakin dikenal, begitu juga untuk Pondok Umapadi bisa semakin dikenal luas, sehingga juga bisa berimbas pada ekonomi warga di sekitar. “Bisa saja nanti kita akan bekerjasama dengan warga untuk memasarkan hasil kebun. Sehingga aktivitas di Pondok Umapadi ini Juga bisa berimbas pada ekonomi masyarakat sekitar,” harapnya.
Agar tidak monoton, ia juga berencana akan menyiapkan aktivitas tracking singkat. Selain itu juga akan disiapkan wisata spiritual, karena di dekat lokasi ada sebuah sumber mata air yang muncul dari bawah pohon besar. Sumber mata air ini kata dia menurut warga sekitar, memiliki cerita spiritual yang hingga saat ini masih dipercaya khasiatnya. “Nantinya untuk pengembangan wisata ini akan bekerjasama dengan warga setempat, dengan konsep wisata spiritual setelah itu makannya di Pondok Umapadi,” bebernya. (MBP1)