Menjaga Ketahanan Ekonomi Bali

 Menjaga Ketahanan Ekonomi Bali

Prof. IB Raka Suardana

Oleh Prof. Dr. Ida Bagus Raka Suardana, S.E.,M.M.

Ketahanan ekonomi Bali merupakan fondasi penting dalam menghadapi berbagai dinamika global maupun domestik, seperti fluktuasi pariwisata, bencana alam, pandemi, hingga ketidakpastian geopolitik. Sebagi daerah yang sangat bergantung pada sektor pariwisata—yang kontribusinya terhadap PDRB lebih dari 52%—Bali menghadapi tantangan struktural dalam menjaga stabilitas dan ketahanan ekonominya.

Maka, menjaga ketahanan ekonomi Bali tidak hanya soal mempertahankan pertumbuhan, tetapi juga tentang bagaimana membangun fondasi ekonomi yang lebih inklusif, berkelanjutan, dan adaptif terhadap perubahan.
Langkah pertama adalah diversifikasi ekonomi. Ketergantungan berlebihan terhadap satu sektor menyebabkan kerentanan ketika sektor tersebut terguncang. Oleh karena itu, sektor pertanian, kelautan, ekonomi kreatif, digitalisasi UMKM, serta industri berbasis budaya lokal perlu dikembangkan lebih agresif. Program “Bali Era Baru” yang digaungkan melalui Sat Kerthi—terutama dalam bidang Kerthi Ekonomi dan Jagat Kerthi—merupakan langkah strategis dalam memperkuat ekonomi berbasis sumber daya lokal dan nilai-nilai kearifan lokal.

Langkah kedua adalah mendorong digitalisasi dan inovasi. Digitalisasi menjadi pendorong resilien ekonomi daerah. Pemprov Bali melalui kerja sama dengan Bank Indonesia, marketplace, serta lembaga keuangan telah menginisiasi program edukasi digital untuk UMKM, seperti Bali Jagadhita. Dengan meningkatkan literasi digital, UMKM bisa lebih cepat tumbuh, serta terhubung dengan pasar nasional maupun internasional.

Ketiga, penguatan sumber daya manusia (SDM) menjadi kunci ketahanan jangka panjang. Pendidikan vokasional, pelatihan kewirausahaan, dan peningkatan kualitas TK di sektor pertanian, maritim, dan ekonomi kreatif harus diprioritaskan. SDM yang unggul akan mendorong produktivitas dan membuka peluang ekonomi baru yang lebih luas.

Keempat, peningkatan investasi yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. Bali perlu menarik investasi yang tidak hanya mengejar keuntungan jangka pendek, tetapi juga memperhatikan aspek lingkungan dan budaya. Hal ini penting agar pembangunan ekonomi sejalan dengan pelestarian alam dan kearifan lokal, menjaga citra Bali sebagai destinasi spiritual dan budaya dunia.

See also  "Escalation Problem"

Kelima, penguatan kelembagaan dan tata kelola ekonomi daerah. Pemerintah daerah perlu memperkuat sistem perencanaan, pengawasan, serta efektivitas anggaran pembangunan. Dukungan kebijakan fiskal yang adaptif, insentif pajak untuk sektor prioritas, serta kolaborasi antara pemerintah, swasta, dan masyarakat sipil sangat penting untuk menciptakan ekosistem ekonomi yang tangguh.

Terakhir, perlindungan sosial yang kuat juga merupakan komponen penting dalam ketahanan ekonomi. Program jaring pengaman sosial yang responsif dan inklusif akan membantu kelompok rentan tetap bertahan di tengah tekanan ekonomi, sekaligus menjaga daya beli masyarakat sebagai penopang konsumsi domestik.

Dengan strategi-strategi tersebut, ketahanan ekonomi Bali dapat dijaga dan diperkuat, menuju pembangunan yang lebih seimbang antara sektor pariwisata, pertanian, industri kreatif, dan teknologi. Ekonomi Bali yang tahan guncang bukanlah yang paling cepat tumbuh, tetapi yang paling mampu beradaptasi, menyerap kejutan, dan mampu bangkit dalam berbagai kondisi.(*)

Penulis, Guru Besar FEB Undiknas Denpasar.

Redaksi

Related post