Menjaga Tradisi dan Budaya Bali, Saat Perayaan Natal di Kaki Gunung Batukaru
TABANAN – baliprawara.com
Pulau Bali identik dengan adat dan istiadat yang bernafaskan Hindu, ini karena mayoritas penduduk pulau Bali menganut agama Hindu.Tetapi selain Hindu masyarakat Bali juga ada yang memeluk agama lainnya, seperti Kristen. Pada perayaan Natal Jumat 25 Desember 2020 ini, tim liputan Baliprawara.com berkesempatan mengikuti perayaan Natal, di Gereja Khatolik ST.Martinus De Porres, yang terletak di Banjar Penganggahan, Desa Tengkudak, Penebel Tabanan.
Ketua Dewan Stasi Katolik ST.Martinus De Porres,I Wayan Suyasa menjelaskan, Kristen Katolik mulai masuk ke Penganggehan di tahun 1969, yang dibawa oleh seorang misionaris dari Jerman. Awalnya, umat Katolik berjumlah beberapa orang saja. Seiring berjalannya waktu, umat Katolik di Desa Penganggehan sempat mencapai 38 kepala Keluarga (KK). Jumlah ini berkurang karena ada umat yang ikut ber trasmigrasi ke sulawesi.
Saat ini, di tahun 2020, menurut data umat Katolik yang menetap di Penganggehan ada sekitar 11 KK. Selain itu, ada juga umat yang tinggal di Denpasar sehingga total 16 KK. Sejak awal berdirinya Gereja Katolik ST.Martinus De Porres ini, tetap mengadopsi budaya lokal(Bali) karena umatnya adalah orang Bali yang kebetulan memiliki keyakinan Kristen Katolik. Bahkan, dari desain Gereja, juga dapat dilihat semua mengadopsi arsitektur Bali. Umat yang ke gereja pun mengenakan busana adat Bali. Selain itu, disaat tertentu lantunan lagu pemujaan, juga menggunakan bahasa Bali dan juga pada minggu pertama setiap bulannya, misa menggunakan bahasa ibu yaitu Bahasa Bali.
Pada perayaan Natal tahun ini, semua umat dari anak-anak sampai yang tua, masih tetap menjunjung budaya Bali, yakni dengan menggunakan pakaian adat Bali. Tak hanya itu, sepasang penjor yang juga simbol budaya bali, juga berdiri menjulang di depan gereja. Sedangkan, di dalam gereja, beberapa tamiang pun menjadi pelengkap perayaan Natal. Di masa pandemi Covid-19 ini, penerapan protokol kesehatan tetap diterapkan sangat ketat selama pelaksanaan ibadah natal
“Kami orang bali yang kebetulan memeluk keyakinan Katolik, sudah sepatutnya juga kami tetap mempertahankan budaya kami, budaya Bali. Itu semua kami hadirkan di dalam kegiatan gereja. Mulai dari pakaian hingga bahasa bali dalam lagu – lagu pujian,” kata Suyasa.
Pada perayaan besar seperti Natal sekarang ini,umat khatolik di Penganggehan, juga mempunyai tradisi ngejot kepada saudara mereka yang beragama Hindu. “Tradisi ngejot masih kami jalani. Pada saat Natal sekarang ini kami ngejot ke saudara yang Hindu, begitu juga sebaliknya pada saat Galungan mereka yang ngejot ke kami. Perbedaan keyakinan tidak menghalangi persaudaraan kami, justru memberi warna dan mempererat persaudaraan kami,” kata Suyasa menegaskan.
Sementara itu Perbekel Desa Tengkudak, I Ketut Suartanca mengakui kalau toleransi antar umat Katolik dan Hindu yang ada di Desa Tengkudak berjalan sangat baik, tidak pernah ada perselisihan, justru saling melengkapi. “Umat Hindu yang mayoritas di sini justru sangat antusias membantu mempersiapkan perayaan Natal di Gereja ini,”kata Suartanca.
Pihaknya menyampaikan harapan, semoga dengan perayaan Natal tahun 2020 di tengah Pandemi Covid-19 ini, Bangsa Indonesia khususnya Bali, diberikan keberanian dan kekuatan baru menghadapi pandemi ini. (MBP5)