Menteri LH Sebut Minimnya Tutupan Hutan Jadi Salah Satu Penyebab Banjir di Bali
Menteri Lingkungan Hidup (LH), Hanif Faisol Nurofiq.
DENPASAR – baliprawara.com
Tutupan hutan yang minim di Bali, ditengarai sebagai salah satu penyebab banjir besar yang melanda kawasan Denpasar dan sekitarnya. Hal itu ditegaskan Menteri Lingkungan Hidup (LH), Hanif Faisol Nurofiq, saat meninjau dampak banjir di pasar Badung, Denpasar, Sabtu 13 September 2025.
Dikatakan Menteri Hanif, untuk landskap Bali, jika dilihat dari Bali utara sampai Gunung Batur, untuk tutupan hutannya sangat kecil. Daru luasan 49 ribu hektar daerah aliran sungai (DAS) yang ada, tutup lahanya kurang dari 1.200 hektar atau hanya sebesar 2 persen saja. Untuk itu, ia menegaskan bahwa dari Bali bagian tengah hingga ke selatan yang menjadi jalur aliran air sungai, perlu dilakukan pembenahan pada tata ruangnya.
“Dari lanskap yang ada di Tukad Badung, Tukad Mati, sampai Tukad Ayung, ini tingkat tutupan hutannya hanya 2 persen. Idealnya lanskap 30 persen, jadi luas 49 ribu hektar lebih, maka yang ada hutannya hanya 1.200. Sehingga begitu hujan deras maka sudah dapat dipastikan ini,” kata Hanif.
Selain tutupan lahan yang minim, Menteri Hanif juga menyoroti isu alih fungsi lahan yang masif di Bali. Yang mana hal ini juga menjadi penyebab kurangnya resapan air. Meski demikian, pihaknya, dari kementerian menunggu pengujian dan pemetaan dari Gubernur Bali.
Di sisi lain, Hanif menyebut penyelenggaraan tata lingkungan harus tetap ditingkatkan. Ini juga menjadi penting untuk pariwisata Bali. Hanif mengungkapkan ternyata drainase dan sungai-sungai saat ini masih ditemukan adanya timbunan sampah. “Ini yang kemudian memperparah kondisi banjir ini,” pungkasnya.
Untuk itu dua hal yang ingin ditegaskan yakni perlu mengembalikan fungsi hutan ini, untuk menjaga lingkungan di Bali. Kedua yang terkait penanganan sampah nya memang harus serius. Apalagi Bali yang luasnya kecil dengan kedatangan wisatawan yang cukup banyak, dengan jumlah wisatawan yang datang sebanyak 13 juta lebih, tentu penanganan sampah ini harus dilakukan serius.
Langkah langkah korektif harus dilakukan, konversi lahan menjadi bangunan wajib disudahi. Mengingat Bali yang merupakan wajahnya indonesia, harus dijaga dengan baik. “Untuk itu konversi lahan agar disudahi dan mengoptimalkan bangunan banguna yang ada. Termasuk juga pembatasan kunjungan wisatawan juga harus dilakukan. Karena jumlah orang yang datang, jumlahnya lebih besar dengan yang tinggal dengan segala karakternya,” pungkasnya
“Tapi intinya adalah, gimana pemerintah daerah Bali telah berusaha sebaik mungkin untuk memperbaiki situasi. Dan sekarang, insya Allah, sudah berjalan dengan baik
dan bisa memperbaiki lebih baik,” ucapnya. (MBP)