Menurun, Angka Stunting di Tabanan
TABANAN, – baliprawara.com
Pemerintah Kabupaten Tabanan terus berkomitmen menurunkan angka stunting melalui berbagai program. Data Dinas Kesehatan Tabanan menunjukkan prevalensi stunting turun dari 9,2% pada 2021 menjadi 8,2% pada 2022, dan mencapai 6,3% pada 2023.
Plt. Sekretaris Dinas Kesehatan Tabanan, I Wayan Triana Suryanata, menyampaikan bahwa Survei Kesehatan Indonesia (SKI) melaporkan angka stunting dengan Confidence Interval (CI) antara 4,6% dan 8,6%. Data ini diukur dengan alat standar oleh tenaga gizi terlatih.
Pada Juni 2024, pengukuran serentak dilakukan terhadap 21.072 balita di Posyandu, menunjukkan 2,9% balita terindikasi stunting. “Pengukuran dilakukan oleh kader kesehatan di Posyandu,” ujarnya dalam kegiatan Publikasi Data Stunting yang dihadiri Asisten 1 Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat, I Made Agus Harta Wiguna, serta peserta lainnya seperti perbekel, kepala puskesmas, perguruan tinggi, dan PKK.
Triana menambahkan, hasil tersebut belum sepenuhnya akurat karena petugas belum terlatih optimal dalam penggunaan alat antropometri, yang berdampak pada kesalahan input data dan posisi pengukuran.
Pada Agustus 2024, data e-PPGBM dari Posyandu menunjukkan angka stunting sebesar 5,23%. Kementerian Kesehatan menyebut kesalahan pengukuran dan pembulatan data turut mempengaruhi hasil, meski data ini tetap penting untuk pemetaan wilayah hingga tingkat banjar.
Pemerintah Kabupaten Tabanan melakukan intervensi spesifik dan sensitif. “Intervensi spesifik meliputi pemberian tablet tambah darah kepada remaja putri di SMP dan SMA, pemeriksaan kehamilan minimal enam kali dengan pemberian tablet tambah darah, serta Pemberian Makanan Tambahan (PMT) lokal selama 120 hari bagi ibu hamil dengan kurang energi kronis. Bayi didorong untuk mendapatkan ASI eksklusif, dan balita dengan wasting atau underweight mendapat nutrisi tambahan,” jelasnya.
Dengan langkah-langkah ini, Pemerintah Kabupaten Tabanan terus berupaya menekan angka stunting secara berkelanjutan.(MBP)