Minim Regenerasi dan Orientasi Ekspor, Kerajinan Beruk Masih Sebatas untuk Sarana Upacara

 Minim Regenerasi dan Orientasi Ekspor, Kerajinan Beruk Masih Sebatas untuk Sarana Upacara

Salah seorang peserta lomba membuat kerajinan beruk saat menyelesaikan karya nya. (ist)

DENPASAR – baliprawara.com

Animo masyarakat terhadap penggunaan beruk atau kerajinan batok kelapa, masih dominan untuk kegiatan keagamaan. Namun sejatinya, karya beruk ini fungsinya tak hanya sebatas itu. Jika mau menggali lebih jauh, kerajinan beruk bisa saja bernilai ekonomi lebih tinggi bahkan diekspor ke luar negeri.  

“Pengrajin beruk selama ini melihat penggunaan beruk untuk kegiatan keagamaan sebagai sebuah peluang. Sehingga mereka menciptakan sarana-sarana upacara yang terbuat dari beruk. Tapi lebih dari itu, beruk bisa dijadikan berbagai jenis karya kerajinan yang mungkin bisa diekspor ke mancanegara,” kata salah seorang tim juri lomba membuat kerajinan beruk atau kerajinan batok kelapa, I Wayan Suardana, di Kalangan Ayodya Taman Budaya Provinsi Bali (Art Center), Senin (13/6).  

Suardana yang juga Dosen Kriya ISI Denpasar tersebut mengungkapkan, permasalahan secara umum pada seni kriya selama ini adalah soal minimnya desain-desain baru. Sehingga kerajinan yang dikerjakan terkesan monoton dengan model yang itu-itu saja. “Seandainya ada pengembangan-pengembangan desain baru, kemudian dikolaborasi dengan material yang lain, saya yakin akan memiliki nilai seni yang tinggi dan potensi ekonomi yang luar biasa,” kata Suardana.

[quads id=1]

 

Sementara itu, juri lainnya I Nyoman Laba juga menyoroti minimnya minat generasi muda dalam mendalami kerajinan beruk. Tak hanya beruk. Menurutnya, hampir semua kerajinan minim regenerasi, bahkan jadi fenomena. “Anak-anak muda juga minatnya berkurang. Mungkin karena pengembangan kreativitasnya yang kurang. Modelnya hanya itu-itu saja. Sedangkan generasi muda saat ini kan perlu sesuatu yang baru,” terang Laba.

“Kami mengharapkan sekali pengrajin beruk ini ada regenerasinya, walaupun sudah sudah ada basisnya seperti di Tampaksiring dan Karangasem. Anak muda mau terjun melanjutkan pekerjaan ini, karena ini adalah salah satu jenis kerajinan yang potensial. Apalagi untuk materialnya, di Bali tidak ada kekurangan,” pungkas Dosen Kriya ISI Denpasar tersebut.

See also  WNA Rusia yang Tersesat di Gunung Sanghyang, Akhirnya Ditemukan Tim SAR 

Pada lomba membuat kerajinan beruk atau kerajinan batok kelapa serangkaian Pesta Kesenian Bali XLIV, di Kalangan Ayodya Taman Budaya Provinsi Bali (Art Center), Senin (13/6). Sebanyak sembilan peserta tampak adu kemampuan menciptakan karya beruk yang indah. Menggunakan mesin foredem, setiap peserta tampak fokus mendesain batok kelapa sebagai material dasar pembuatan beruk. Lomba ini dinilai langsung oleh tiga tim juri yakni I Wayan Suardana, I Nyoman Labda, dan I Komang Arba Wirawan.  (MBP)

[quads id=1]

 

redaksi

Related post