Musim Angin Barat, Bangkai Penyu Ikut Terdampar di Pantai Kuta
MANGUPURA – baliprawara.com
Musim angin barat, pesisir pantai barat kabupaten Badung, menjadi langganan diserbu sampah laut atau sering dikatakan sampah kiriman. Seperti yang terjadi di kawasan pantai Kuta, yang saat ini sudah diserbu sampah laut berupa sampah plastik.
Menariknya, kondisi angin barat ini tak hanya membawa sampah, namun juga mengakibatkan hewan laut ikut terdampar ke pantai. Seperti yang terlihat, Senin 5 Februari 2024, seekor Penyu berukuran sedang, terlihat ikut terdampar di pantai Kuta. Penyu yang sudah dalam kondisi mati dan membusuk ini, terbawa air laut bersama-sama dengan sampah kiriman di pesisir Pantai Kuta, tepatnya di sekitar Setra Asem Celagi Desa Adat Kuta.
Dikonfirmasi terkait hal itu, Koordinator Deteksi dan Evakuasi Sampah Laut (Desalut) Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kabupaten Badung, I Made Gede Dwipayana mengatakan kalau hal semacam itu sudah biasa menjadi temuan ketika musim angin barat tiba. Dari pantauannya di lapangan, selama periode musim sampah kiriman, total sudah dua ekor penyu mati yang ditemukan terdampar di pesisir Pantai Kuta. Tak hanya itu, sebelumnya juga ditemukan terdampar bangkai paus dan bangkai babi.
“Kalau paus, itu yang di pantai perbatasan Legian dan Seminyak. Sementara bangkai babi, itu kami temukan terdampar di Pantai Kuta. Temuan bangkai-bangkai ini sudah langsung kami ditangani,” ucapnya.
Disinggung terkait penanganan sampah kiriman, hingga saat ini pihaknya sudah menangani total sebanyak 200 ton sampah. Jumlah itu kata dia, ditangani dari kawasan pesisir Pantai Barat Kabupaten Badung yakni mulai dari Cemagi, hingga Pantai Jimbaran.
Jumlah sampah yang ditangani kali ini, jauh jika dibandingkan dengan periode angin barat tahun sebelumnya. “Jika dibandingkan dengan periode pada tahun-tahun sebelumnya, di bulan Januari itu biasanya kita sudah tangani ribuan ton. Beda dengan sekarang yang masih ratusan ton,” bebernya.
Meski demikian, pihaknya dipastikan tetap bersiaga melakukan penanganan. Baik itu secara personil ataupun armada yang dibutuhkan.
“Sekarang ini sampah yang datang masih tipis. Jenisnya berupa sampah-sampah kecil seperti rumput laut, ranting-ranting kecil dan kemasan plastik. Batang kayu besar sama sekali belum ada. Yang ada cuma dahan-dahan yang diameternya paling-paling sekitar 10 cm saja. Kalau dahulu, kayu yang kami tangani diameternya itu bisa sampai 50 cm lebih,” ungkapnya. (MBP1)