Musim Penyu Bertelur, Ratusan Sarang Sudah Dievakuasi ke KBSTCC

 Musim Penyu Bertelur, Ratusan Sarang Sudah Dievakuasi ke KBSTCC

Proses pemindahan telur Penyu dari sarang ke lokasi penangkaran di KBSTCC.

MANGUPURA – baliprawara.com

Pesisir pantai di Kabupaten Badung, ternyata masih menjadi lokasi yang nyaman bagi Penyu untuk bertelur. Hal itu dibuktikan dengan banyaknya sarang Penyu yang ditemukan di sepanjang pantai, dari Kelan, hingga ke utara yakni Pantai canggu.

Menurut penuturan Founder Kuta Beach Sea Turtle Conservation Center (KBSTCC), I Gusti Ngurah Tresna, selama tahun 2024 ini, pihaknya sudah mengevakuasi sebanyak 117 sarang Penyu. Jumlah ini kata dia, diperkirakan akan terus bertambah, mengingat musim Penyu bertelur masih cukup panjang.

Dikatakan Pria yang sering disapa Gung Aji ini, musim penyu bertelur di kawasan Pantai dari wilayah Kuta, Legian, Seminyak sampai ke Canggu, biasanya dimulai pada bulan Maret hingga Oktober, saat memasuki musim panas. Hal itu kata dia, karena kecenderungan penyu datang untuk bertelur, biasanya dikala musim kemarau. Itu untuk mendukung proses pengeraman telur, yang harus selalu dalam kondisi pasir yang hangat. Sedangkan, kalau musim hujan, kondisi pasir biasanya basah, yang mengakibatkan telur menjadi busuk.

“Penyu secara alami, mereka pakai naluri datang naik ke tepi pantai untuk menaruh telurnya dikala musim kemarau. Prosesnya, sebelum dia bertelur, tidak boleh diganggu, tidak boleh ada lampu, dan tidak boleh dipegang. Setelah bertelur dia urug kembali sarangnya agar betul-betul aman, setelah itu kembali ke habitatnya ke laut,” kata Gung Aji, Minggu 9 Juni 2024.

Untuk proses penyelamatan telur Penyu, biasanya dilakukannya dari titik penemuan sarang, kemudian dipindahkan ke tempat penangkaran yang ada di KBSTCC. Setelah dilakukan evakuasi, proses penetasan biasanya membutuhkan waktu 40 sampai 60 hari.

Setelah menetas, tidak menunggu lama, semua tukik atau anak penyu, harus dilepasliarkan ke alam. Hal itu menurutnya karena tukik ini masih memiliki cadangan makanannya selama 4 – 5 hari. Sehingga sebelum itu, harus segera dilepasliarkan ke alam.

“Lebih cepat kita kembalikan ke alamnya, itu lebih bagus untuk proses kehidupan alaminya. Walaupun dari riset dunia, kemungkinan hidup.sangat kecil, yakni dari 1000 hanya 1 yang bisa sampai dewasa,” katanya saat ditemui di penangkaran.

Diungkapkan, lokasi penangkaran yang dikelola pihak Desa Adat Kuta ini, sudah  berdiri sejak 23 tahun. Meski sudah puluhan tahun mengelola tempat konservasi, namun untuk jumlah penyu yang datang bertelur, biasanya jumlahnya tidak menentu.

Dari data yang ia miliki, di tahun 2023 lalu, pihaknya telah mengevakuasi hingga lebih dari 70.000 lebih telur, sampai proses menetas. Sedangkan, untuk tahun 2024 ini, dari bulan awal musim bertelur pada bulan Maret hingga Juni saja, pihaknya sudah menemukan sebanyak 117 sarang Penyu, dan sudah dievakuasi ke KBSTCC. Dari total ratusan sarang itu, bila dirata-ratakan 100 telur per sarang, berarti sudah ada 11.700 telur yang dievakuasi, yang tersebar dari pantai Kelan hingga Canggu.

Ia merasa bersyukur, kawasan pantai di Badung, hingga saat ini, masih menjadi lokasi bagi Penyu untuk bertelur. Untuk memantau keberadaan sarang penyu, pihaknya memiliki tim yang selalu monitoring sampai ke Pantai Canggu. Selama 23 tahun melakukan konservasi, Ia merasa senang, karena masyarakat saat ini sudah teredukasi. “Masyarakat yang dulu boleh mengambil telur Penyu, kini mereka mulai memahami, karena satwa ini dilindungi oleh pemerintah,” ucapnya. (MBP)

 

redaksi

Related post