Nungkalik Exhibition Tampilkan Art Objek Instalatif, Aktualisasikan Kreativitas Seni Lintas Bidang
DENPASAR – baliprawara.com
Menggembirakan, ratusan artefak lahir dari para peserta Festival Nungkalik “Penumbra’s Final Gloom”, Menjangkar Konsep Eksperimental Umbra, di Pantai Segara Ayu, Sanur Denpasar, 20 April 2023 lalu. Festival seni yang diprakarsai BEM ISI Denpasar itu digelar sebagai pemaknaan terhadap fenomena fase bulan baru dan gerhana matahari hybrid.
Ratusan artefak tersebut kemudian diwujudkan menjadi enam art objek instalatif. Karya seni tersebut kemudian dipamerkan di kampus ISI Denpasar selama dua hari, 5-6 Mei 2023 dalam hajatan seni bertajuk ‘’Nungkalik Exhibition “Artefak Penumbra’s Final Gloom”, Membaca Garis Eksperimental Lintas Batas.’’ Pameran dibuka oleh Rektor ISI Denpasar, Dr. I Wayan Kun Adnyana, yang diawali dengan workshop, sharing, dan performance Garis Penumbra yang ditampilkan oleh mahasiswa PSP ISI Denpasar.
‘’Pameran Nungkalik ini merupakan ruang inisiatif Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) ISI Denpasar dalam mengaktualisasikan kreativitas seni lintas bidang. Mahasiswa diajak memanggungkan karya visual dan pertunjukan dengan merespons kondisi kontekstual, seperti gerhana matahari,’’ ujar Rektor ISI Denpasar, Dr. I Wayan Kun Adnyana, Jumat 5 Mei 2023.
Sebagai rektor, pihaknya tentu sangat berbangga dengan inisiatif seperti ini, untuk semakin meningkatkan reputasi kreativitas dan inovasi mahasiswa ISI Denpasar. Terlebih upaya kampus seni kebanggaan Bali ini untuk menjadi Global-Bali Arts and Creativity Centre Hub (G-BACCH).
Sementara itu, Dr. I Wayan Sujana Suklu, selaku kurator Nungkalik Exhibition “Artefak Penumbra’s Final Gloom” menyampaikan, gambar dan hasil corat-coret di berbagai medium itu disebutnya sebagai artefak. Penumbra final gloom mengkondisikan orang-orang yang kebetulan ada di tengah-tengah peristiwa, kemudian melakukan kreativitas tak biasa. Mereka mengambil bagian proses seni, di setiap detik langkah gerhana matahari pada hari 20 April 2023 di Pantai Segara Ayu, Sanur. Kemudian berlanjut memaknai Hari Bumi tanggal 22 April 2023, suntuk ritus verbal-visual-sound. Tanggal 5 Mei 2023 diakhiri dengan melakukan presenting catatan, coretan, gerak-gerak, sound, kemudian direkam bulan. ‘’Lengkaplah, Nungkalik Festival menjangkar trinity bulan-bumi- matahari melalui peristiwa,’’ ujar dosen senirupa ISI Denpasar ini, didampingi Presiden BEM ISI Denpasar, Putu Durga Laksmi Devi.
Kata Suklu, artefak kreativitas tak biasa ini dihadirkan sebagai entitas bernyawa pada sebuah presenting pameran. Layaknya makhluk hidup, artefak menemukan ruang sesuai dengan karakter dan eksistensinya. Dengan begitu diharapkan dapat memberi banyak spektrum yang terus berdenyut memancarkan energi positif dan memantik kreativitas tanpa batas. Kemudian mengakrabi lingkungan dan pengalaman berkarya, didapatkan pada peristiwa ini. Termasuk menguji kecerdasan untuk dapat menghayati secara detail maupun secara keseluruhan, melalui pengembangan indra-indra dan perasaan-perasaan yang selama ini terabaikan.
Peristiwa-peristiwa, sensasi-persepsi dapat merasakan hubungan tersembunyi di alam semesta, meyakini proses bukan produk akhir, melainkan sebuah proses bergerak dan menjadi dinamis. Ide dan gagasan-gagasan kreatif berevolusi, bermetamorfosis dalam membangun sebuah evolusi kebudayaan yang dinamis. Berbeda dengan praktik seni modern, dua hal ini tahapannya dipisahkan. Keakraban terhadap lingkungan dalam upaya menggali pemantik ide gagasan satu fase. Tahapan selanjutnya pengekspresian atau penciptaan dilakukan di studio tertutup. Eksperimental dimaknai sebagai salah satu keyword menuju karya seni bernyawa. Bahwa Nungkalik diniatkan sebagai eksperimental konseptual oleh perancang festival sebagai dynamic equilibrium. Keseimbangan dinamis antara fisik, kreatis, rasio yang memampukan setiap orang menangkap keseluruhan dunia. Apakah setiap peserta mampu menangkap substansi tersebut? Inilah tugas utama dari Festival Nungkalik, setiap peserta harusnya mengurai peristiwa ini dari berbagai lapangan ilmu. Festival Nungkalik patut didukung semua pihak, khususnya ISI Denpasar sebagai kampus seni yang berbasiskan eksperimental. Diibaratkan kawah Candradimuka tempat dilahirkannya seniman-seniman handal bertulang besi dan bermental baja. (MBP)