Nyepi, Saatnya Introspeksi Diri

Oleh Prof. Dr IB Raka Suardana
Nyepi adalah momen sakral bagi umat Hindu yang menandai pergantian tahun Saka. Nyepi bukan sekadar perayaan, tetapi sebuah perjalanan spiritual untuk melakukan introspeksi diri. Dalam keheningan, umat Hindu menjalankan Catur Brata Penyepian, yaitu amati geni (tidak menyalakan api), amati karya (tidak bekerja), amati lelungan (tidak bepergian), dan amati lelanguan (tidak bersenang-senang). Keempat laku ini bertujuan untuk mencapai keseimbangan lahir dan batin, serta mendekatkan diri kepada Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa).
Dalam ajaran Hindu, introspeksi diri merupakan langkah utama dalam mencapai kebijaksanaan. Bhagavad Gita XVII.16 menyatakan, manaḥ-prasādaḥ saumyatvaṁ maunam ātma-vinigrahaḥ, bhāva-saṁśuddhir ity etat tapo mānasam ucyate, yang berarti “ketenangan pikiran, kelembutan, kebungkaman, pengendalian diri, dan kesucian batin adalah pertapaan dalam pikiran.” Melalui Nyepi, umat Hindu diajak untuk menenangkan pikiran, mengendalikan hawa nafsu, dan mensucikan batin agar lebih bijaksana dalam menjalani kehidupan.
Hari Nyepi juga menjadi momen untuk menyadari hakikat diri sebagai makhluk yang tidak terpisahkan dari hukum karma. Dalam Sarasamuccaya 17 disebutkan, Yan tan hana nguniwen ikang aji karttiaga, tan hana daridra maparab dhana, tan hana kasudra maparab kulina, yang bermakna “Tidak ada orang yang miskin karena banyak bersedekah, tidak ada orang hina karena berbudi luhur.” Introspeksi diri pada Nyepi mengajarkan bahwa setiap perbuatan memiliki akibat, sehingga manusia harus senantiasa berbuat kebaikan dalam hidup.
Dalam keheningan Nyepi, umat Hindu merenungkan perjalanan hidupnya, mengevaluasi kesalahan, dan memperbaiki diri agar lebih baik. Seperti tertulis dalam Bhagavad Gita VI.5, uddhared ātmanātmānaṁ nātmānam avasādayet, ātmaiva hy ātmano bandhur ātmaiva ripur ātmanaḥ, yang berarti “seseorang harus mengangkat dirinya sendiri dengan pikirannya, jangan merendahkan dirinya, karena pikiran dapat menjadi sahabat maupun musuhnya sendiri.” Keheningan Nyepi mengajarkan bahwa kebahagiaan sejati datang dari dalam diri, bukan dari dunia luar.
Nyepi bukan hanya sekadar tradisi, tetapi juga jalan menuju kebijaksanaan dan ketenangan batin.
Dalam keheningan, manusia menemukan kedamaian sejati, memahami makna hidup, dan memperbaiki diri agar lebih baik di tahun yang baru. Keheningan bukanlah kekosongan, tetapi ruang untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dan menjalani kehidupan dengan lebih penuh makna. (*)
Penulis, Guru Besar Manajemen Undiknas Denpasar