Ogoh-ogoh “NGARO” ST. Jaya Canthi, Kedonganan, Sampaikan Pesan Ketekunan dan Keteguhan Hati Kunci Menghadapi Setiap Ujian

 Ogoh-ogoh “NGARO” ST. Jaya Canthi, Kedonganan, Sampaikan Pesan Ketekunan dan Keteguhan Hati Kunci Menghadapi Setiap Ujian

Sekaa Teruna (ST) Jaya Canthi, Banjar Pasek, Desa Adat Kedonganan, menghadirkan sebuah karya seni ogoh-ogoh berjudul “NGARO”.

MANGUPURA – baliprawara.com
Sekaa Teruna (ST) Jaya Canthi, Banjar Pasek, Desa Adat Kedonganan, menghadirkan sebuah karya seni ogoh-ogoh berjudul “NGARO”, pada hari raya Nyepi Tahun Saka 1947. Ogoh-ogoh yang memiliki tinggi 4,5 meter dengan berat hampir 150 kg ini, memanfaatkan bahan-bahan yang ramah lingkungan.

Menurut Arsitek Ogoh-ogoh, Putu Adi Guna Prasetya, ogoh-ogoh ini dalam pembuatannya, menggunakan bahan-bahan yang ramah lingkungan dan juga bahan daur ulang seperti koran bekas. Untuk bahan alami menggunakan daun Akasia yang digunakan untuk membuat sisik pada ikan kerapu, serta menggunakan bahan ramah lingkungan lainnya. “Dalam rangka melestarikan budaya pada era perkembangan teknologi di zaman sekarang, ST Jaya Canthi juga mengkolaborasikan antara budaya dan teknologi yang ada,” ucapnya.

Banjar Pasek, Desa Adat Kedonganan.

Kelian Adat di Banjar Pasek Kedonganan, Ketut Budi, menyampaikan bahwa, cerita dari ogoh-ogoh ini diambil dari Babad Arya Madura (Prosesi Ngaro). Karya seni ini menceritakan tentang perjalanan Patih Arya Kuda Panolih dalam mengejar keris untuk menjadi Patih di Bali. Adegan menarik dalam karya ini adalah ketika Patih Arya Kuda Panolih membuktikan kesetiaan dan kesaktiannya kepada Sri Aji Dhalem Smara Kepakisan dengan cara mengejar keris yang dilempar ke laut oleh Aji Dhalem Kepakisan yang telah berubah menjadi naga.

Dalam kegigihannya mengejar keris tersebut, Arya Kuda Panolih menunjukkan kesetiaan tanpa keraguan, seperti ujian keteguhan dan pengabdian. Naga yang terus bergerak menjauh melambangkan tantangan hidup yang harus dihadapi dengan kebijaksanaan dan ketekunan, sementara ikan cucul dan ikan kokak menjadi simbol bahwa pertolongan selalu datang bagi mereka yang tetap fokus pada Dharmanya.

Melalui karya ogoh-ogoh ini, ST. Jaya Canthi tidak hanya menciptakan sebuah mahakarya yang menakjubkan, tetapi juga menyampaikan pesan tentang filosofis NGARO. “Kisah Arya Kuda Panolih yang membawa pesan bahwa ketekunan dan keteguhan hati adalah kunci dalam menghadapi setiap ujian. Seperti perjalanannya mengejar keris di tengah laut, kehidupan pun menuntut keberanian dan kebijaksanaan untuk tetap berjalan di jalur Dharma. Dengan keteguhan hati, setiap tantangan dapat dihadapi dan setiap tujuan mulia dapat dicapai,” katanya, Senin 24 Maret 2025.

See also  Bangkitkan Kreativitas di Masa Pandemi Melalui Pementasan Langgeng Budaya Ogoh-Ogoh "Meme Dewa Ratu"

Untuk lomba yang digelar di Desa Adat setempat, Komang Sudiarta, sebagai koreografer menyiapkan sejumlah properti untuk pelengkap pada pementasan fragmen tari. Pada pementasan yang akan digelar pada malam pengerupukan pada Jumat 28 Maret 2025, pihaknya menyiapkan sejumlah properti seperti
perahu, ikan kerapu jukung nelayan yang kecil-kecil sebanyak empat buah. Ikan kecil-kecil dan naga.

Pada pementasan fragmen tari, pihaknya melibatkan cukup banyak peserta. Yang mana ada sebanyak 45 orang penari yang akan dilibatkan pembawa obor sebanyak 30 orang, dan penabuh sebanyak 21 orang. Koreo ini digarap. “Kaki sudah melakukan gladi Senin 24 Maret untuk persiapan pementasan saat malam pangerupukan,” ucapnya. (MBP1)

 

redaksi

Related post