Pangerupukan di Apuan Berkesan, Fragmentari “Maya Sandhi” Memukau

 Pangerupukan di Apuan Berkesan, Fragmentari “Maya Sandhi” Memukau

TABANAN – baliprawara.com

Prosesi ritual Pangerupukan serangkaian Hari Raya Nyepi Tahun Saka 1947 di Banjar Apuan, Desa Apuan, Kecamatan Baturiti, Tabanan, berlangsung khidmat dan berkesan. Setelah upacara Tawur Kesanga digelar, dilanjutkan dengan pengarakan Ogoh-ogoh Sekaa Teruna Dharma Bakti (STDB) Tampakkarang dan Ogoh-ogoh STDB Apuan, yang masing-masing diiringi gamelan yang rancak menawan. Suasana meriah dan indah pun tercipta. Menarik dan berkesan, ketika kedua sekaa teruna mempersembahkan fragmentari di jaba sisi barat Pura Puseh/Kahyangan Jagat Luhur Natar Sari Apuan. STDB Tampakkarang mempersembahkan fragmentari berjudul “Maya Sandhi”, sedangkan STDB Apuan menampilkan fragmentari berjudul “Sang Jogor Manik”.

Bendesa Adat Apuan Ketut Murtana, S.Sn. menyampaikan, setiap ritual Pangerupukan serangkaian Nyepi, sekaa teruna Apuan dan Tampakkarang selalu menampilkan kreativitas seni berupa garapan Ogoh-ogoh yang dikolaborasikan dengan seni fragmentari. Ini sesuatu yang menarik, di samping penampilan unsur estetik, juga bermuatan nilai filosofi, nilai moral dan edukasi.
Dikatakan, pada Pangerupukan setahun lalu, STDB Tampakkarang sukses menampilkan “Cerongcong Polo”. Kali ini STDB Tampakkarang mempersembahkan fragmentari berjudul ” Maya Sandhi”.
I Made Dwija Tama selaku penata tari, sekaligus penata tabuh, dan dalang dalam garapan fragmentari ini. Karya total STDB Tampakkarang ini disupport oleh TAKSU (Tampakkarang Satu). Sedangkan tukang utama pembuatan Ogoh-ogoh adalah l Gede Gana Palguna.
Penampilan fragmentari “Maya Sandhi” sangat memukau, dan mendapat apresiasi luar biasa dari masyarakat.
Fragmentari “Maya Sandhi” menceritakan kekuatan ilusi Mayadenawa yang membuat semua masyarakat resah. Ajian Maya Sandhi mampu membuat hal yang tidak mungkin menjadi mungkin, hal yang tidak ada menjadi ada. Ajian tersebut mengaburkan antara persembahan Dewa dan Butha Kala. Kemudian mencampuradukkan upakara dan pesta. Hal tersebut membuat resah para sulinggih yang ada. Saat itulah turun dewata untuk menetralisir dan menyomya penyimpangan-penyimpangan yang ada.
Ajian Maya Sandhi membuat Mayadenawa berubah wujud menjadi Manuk Kaya, seekor burung yang sangat besar. Di sinilah terjadi perang antara Dharma yang di simbolkan dengan para Dewata, melawan Adharma yang disimbolkan dengan Manuk Kaya. (MBP2)

See also  Babinsa Desa Bonyoh Pantau Penyaluran BLT

Made Subrata

Related post