Pangerupukan, STDB Apuan Persembahkan Fragmentari “Sang Jogor Manik”

 Pangerupukan, STDB Apuan Persembahkan Fragmentari “Sang Jogor Manik”

TABANAN – baliprawara.com

Setelah sukses dengan penampilan Fragmentari “Men Geleh” pada malam Pangerupukan serangkaian Nyepi 2024 lalu, kini pada Pangerupukan Nyepi tahun baru Saka 1947 tanggal 28 Maret 2025, Sekaa Teruna Dharma Bakti (STDB) Banjar Adat Apuan, Desa Apuan, Kecamatan Baturiti, Tabanan mempersembahkan fragmentari berjudul “Sang Jogor Manik.” Gelaran seni untuk melengkapi pengarakan ogoh-ogoh tersebut melibatkan 24 penari anak-anak dari Desa Apuan, dan penabuh anak-anak Sanggar Seni Sarisantana Desa Apuan. Penampilan mereka juga dilengkapi dua gerong dari pemudi STDB Apuan.
Pementasan fragmentari yang
berdurasi sekitar 1 jam itu mendapat apresiasi yang sangat baik dari masyarakat. Tingkah polah dan kelucuan anak-anak dalam memerankan figur cerita sungguh mengagumkan. Tempat pementasan di jaba sisi barat Kahyangan Jagat Luhur Natar Sari Apuan disesaki penonton.
Penata Tari, Bunga Savitri, dan Penata Tabuh, Nyoman Mas Prema Ganda, sungguh berhasil mengemas garapan tari dan iringan dengan mengambil cerita yang tak asing lagi di kalangan krama Hindu.
Bunga Savitri menyampaikan, garapan ini terinspirasi dari cerita hasil perbuatan seseorang tatkala telah meninggalkan dunia nyata menuju alam sunia. Karma yang baik akan mendapatkan pahala yang baik. Karma buruk tentu mendapatkan pahala setimpal. Garapan seni ini mengandung pesan moral dan edukasi. Dengan selalu berbuat baik atau di jalan dharma, seseorang akan mendapat kebahagiaan sekala niskala.
Garapan seni ini diharapkan mendapat apresiasi yang baik dari masyarakat.
Diceritakan dalam fragmentari ini, di sebuah desa kecil di Bali bernama Desa Apuan, anak-anak perempuan dengan riang membantu penduduk menjual hasil perkebunan dan pertanian di desa mereka. Setelah berdagang, mereka memanggil teman-teman yang lain untuk bergabung, hingga salah satu dari mereka mengusulkan untuk menari dan bermain curik-curik.
Namun, di antara mereka ada anak-anak nakal yang mulai berbuat onar, dengan mengajak mencuri, membully teman, bahkan berjudi. Kenakalan mereka semakin menjadi hingga suatu hari, gempa dahsyat mengguncang desa. Secara misterius, anak-anak nakal itu menghilang.
Ternyata, mereka dijemput oleh Cikrabala, pasukan Sang Suratma, untuk diadili. Setelah ditimbang amal dari perbuatan mereka, keputusan pun dijatuhkan oleh Sang Suratma, karena kenakalan dan perbuatan buruknya, mereka dibawa ke Tegal Penangsaran, gerbang neraka, untuk bertanggung jawab atas perbuatan mereka.
Di sana, mereka menerima balasan atas segala dosa yang dilakukan. Hingga akhirnya, Sang Jogor Manik muncul dengan wujud menyeramkan, menjadi simbol hukum karma yang abadi.(MBP2)

See also  Sidak Banjar Serangan Mengwi, Wabup Badung Tekankan Efektifitas Penggunaan Anggaran Pembuatan Ogoh-ogoh

Redaksi

Related post