Pasca Penemuan Jenazah WNA Perempuan di Bawah Tebing Uluwatu, Desa Adat Pecatu Gelar Pecaruan Karipubaya

 Pasca Penemuan Jenazah WNA Perempuan di Bawah Tebing Uluwatu, Desa Adat Pecatu Gelar Pecaruan Karipubaya

Pecaruan Karipubaya digelar di Objek Wisata Kawasan Luar Pura Uluwatu, Selasa 28 Januari 2025.

MANGUPURA – baliprawara.com

Bertepatan dengan hari Tilem Kapitu, Selasa 28 Januari 2025, Desa Adat Pecatu, Kuta Selatan, Badung, selaku pangemong Pura Uluwatu, menggelar upacara Karipubaya. Upacara yang juga melibatkan Puri Jrokuta selaku Pangempon Pura Uluwatu ini, bertujuan untuk pembersihan secara niskala.

Pasalnya, di kawasan luar Pura Uluwatu yang juga merupakan kawasan yang disucikan, sempat ada kejadian penemuan jenazah wisatawan mancanegara di bawah Tebing. Korban yang berjenis kelamin perempuan tersebut, saat itu diduga sengaja menceburkan diri dari atas tebing alas kekeran Uluwatu.

Menurut pangelingsir Puri Agung Jro Kuta, I Gusti Ngurah Jaka Pratidnya, yang akrab disapa Turah Joko, mengatakan, upacara Karipubaya ini digelar pasca kejadian yang menyebabkan seorang wisatawan perempuan meninggal. Sebagai rasa tanggung jawab, dari Desa Adat Pecatu menggelar pembersihan secara niskala. Meski kata dia, usai kejadian pada 9 Januari 2025, saat sore harinya di lokasi sudah dilakukan pecaruan Alit untuk penetralisisir.

Namun, mengingat hari ini merupakan hari baik, yakni tilem kapitu, selaku Pangempon dan Pangemong Pura Uluwatu, sepakat menggelar ritual yang lebih besar, yakni upacara Karipubaya. “Prosesi ini digelar untuk menetralisir roh-roh mereka, apalagi korban bukan merupakan orang Bali,” ucap Turah Joko.

Ke depan diharapkan tidak ada lagi kejadian seperti itu. Pihaknya bersama Bendesa, juga sudah menginstruksikan kepada pengelola DTW untuk lebih cermat mengawasi wisatawan yang berkunjung. Dikatakan, untuk sarana upacara, desa adat Pecatu berkolaborasi dengan pemerintah daerah untuk pembiayaan. Adapun sarana upacara tawur manca kelud yakni, panca sata, bebek bulu sikep, asu bang bungkem, bebek belang kalung, pemali, sapuh awu, pengruwak, jaga satru, bebangkit gerombong, bebangkit copong, byakala, prayascita, durmengala, pengulapan, Guru piduka, bendu piduka.

See also  Wakil Rektor III ITB STIKOM Bali Tantang Mahasiswanya Ciptakan Alat Deteksi Covid-9

Sementara itu, Bendesa Adat Pecatu, Made Sumerta mengungkapkan, bertepatan tilem kapitu, digelar upacara ngulapin, pembersihan upacara karipubaya. Upacara ini digelar karena ada baya (bahaya), atau yang terjadi sebelumnya, ada wisatawan yang diduga dengan sengaja menceburkan diri dari tebing di kawasan alas kekeran Uluwatu. “Karena kawasan ini disucikan, maka pada hari ini disepakati digelar upacara pembersihan yang digelar melalui usulan kepada pemerintah daerah. Upacara pangulapan Karipubaya ini dipuput oleh Ida Padanda saking Griya Sari, Bahgawabta Puri Agung Jrokuta,” ucapnya.

Ke depan pihaknya berharap wisatawan yang berkunjung ke DTW Uluwatu, bisa diasuransikan. Hal itu penting sebagai proteksi, sehingga wisatawan bisa merasa nyaman. Asuransi dimaksud nantinya diberikan kepada wisatawan yang dengan tidak sengaja mengalami kecelakaan maupun hal yang tidak diinginkan. Sehingga untuk itu pihaknya berharap kepada pemerintah daerah, agar bisa dianggarkan. (MBP)

 

redaksi

Related post