Pascakebakaran, Utama Mandala Pura Uluwatu Ditutup dan Persembahyangan Umat Diarahkan di Madya Mandala
MANGUPURA – baliprawara.com
Puri Agung JroKuta selaku Pangempon Pura Luhur Uluwatu, bersama Desa Adat Pecatu selaku Pangemong, pada Sabtu 12 November 2022, akan menggelar upacara guru piduka. Upacara ini, digelar pasca terbakarnya palinggih utama di Pura Luhur Uluwatu berupa Meru Tumpang Tiga, Selasa 8 November 2022 malam.
“Upacara ini, penting dilakukan, mengingat dalam waktu dekat, rangkaian hari raya akan di mulai, termasuk Pujawali Januari 2023 mendatang,” kata Panglingsir Puri Agung Jro Kuta Anak Agung Ngurah Jaka Pratidnya bersama Bendesa Adat Pecatu Made Sumerta, Rabu 9 November 2022, saat meninjau kondisi terakhir palinggih di Pura Luhur Uluwatu.
Panglingsir Puri Agung Jrokuta selaku Pengempon Pura Luhur Uluwatu, Anak Agung Ngurah Jaka Pratidnya atau akrab disapa Turah Joko, menyampaikan, terkait kejadian kebakaran ini, pihaknya telah melakukan koordinasi dengan Bagawanta Puri Ida Ratu Pedanda, bahwa hari Sabtu 12 November akan digelar upacara Guru Piduka, Mecaru. Serangkaian dengan itu, juga akan digelar doa bersama untuk mendoakan kesuksesan pelaksanaan KTT G20 di Bali.
Untuk rencana perbaikan palinggih yang terbakar, dirinya juga telah berkoordinasi dengan prajuru Desa Adat Pecatu serta sudah dikoordinasikan dengan Ratu Pedanda, bahwa, bangunan yang lama ini rencananya akan dibongkar total. Hal itu karena bangunan yang sebelumnya terbakar, sudah dianggap cuntaka.
Selama proses perbaikan lanjut Turah Joko, nantinya untuk para pemedek yang akan bersembahyang akan difasilitasi dan tetap mendapat pelayanan dari pemangku. Namun tidak di area utama, namun telah disiapkan di Madya Mandala. “Intinya untuk layanan umat tidak akan terganggu, tetap akan difasilitasi,” tegasnya.
Sebelumnya, atas kejadian bencana alam bangunan tersambar petir ini, dirinya menyampaikan apresiasi kepada pihak Damkar Badung yang telah sigap melakukan penanganan kebakaran disana. Kejadian ini memang tidak bisa diprediksi, jika melihat geografis lokasi pelinggih utama, yang lokasinya berada di ketinggian dan sangat menjorok ke tengah laut. Meski kata dia, penangkal petir telah terpasang dan telah di cek tahun lalu dan kondisinya saat itu dinyatakan normal, namun ternyata kejadian tersambar petir tidak.bisa dihindari.
Namun pihaknya tidak ingin mengkaitkan terbakarnya meru ini dengan hal lainnya. “Ini pertanda apa, kami selaku pengempon dan pengemong yakni Desa Adat Pecatu berpikir positif saja,” ujarnya.
Sementara itu, Bendesa Adat Pecatu, Made Sumerta menyatakan, Pura Luhur Uluwatu sebagai Pura Sad Kahyangan milik umat, pihaknya selaku Bendesa Adat Pecatu menyatakan sudah melakukan koordinasi dengan Pemkab Badung dalam hal ini Sekda Adi Arnawa bahwasanya terbakarnya meru di Pura Uluwatu adalah bencana alam. ” Sudah kami laporkan dan sudah diatensi, karena ini Pura Sad Kahyangan sehingga dari penganggaran, akan saling bersinergi antar pengempon dan pengemong, serta pemerintah bisa melakukan upaya-upaya untuk penanganan, sehingga palinggih ini bisa dibangun dan diupacarai serta penggunaannya bisa normal kembali,” harapnya.
Secara khusus Made Sumerta yang juga Anggota DPRD Badung ini berharap,kedepan tim teknis terkait dapat mengoptimalkan kajian untuk meminimalisir bencana serupa khususnya pelinggih tersambar petir. “Disini perlunya unit teknis melakukan kajian lebih matang. Apakah perlu penambahan penangkal petir, mengingat lokasi pura di ketinggian dan berdekatan dengan laut,” harapnya.
Sebagai informasi kejadian serupa yakni pelinggih tersambar petir di Pura Luhur Uluwatu, juga pernah terjadi sebelumnya, yakni, tahun 1987 dan tahun 1995 silam. Tahun 2022 ini, kejadian serupa kembali terjadi. (MBP1)