Patung “Octopus Queen” Karya I Ketut Putrayasa Raih Rekor MURI, Ikon Baru Nusa Penida, Simbol Harapan dan Kebersamaan

MURI – Patung “Octopus Queen” karya seniman Ketut Putrayasa meraih Rekor MURI, Kamis (25/9/2025).
NUSA PENIDA – baliprawara.com
Nusa Penida kini memiliki ikon baru. Di ujung tebing Broken Beach, Desa Sakti, Nusa Penida, Klungkung, tepatnya di Penida Swing Park kini berdiri megah sebuah karya seni monumental berbahan bambu. Patung setinggi lebih dari 25 meter dengan lebar 12 meter itu diberi nama “Octopus Queen” (Ratu Gurita). Kabar gembiranya, karya seni trimatra tersebut meraih Rekor MURI sebagai patung bambu terbesar, tertinggi, dan terindah di Indonesia.
Karya spektakuler tersebut lahir dari tangan pematung asal Badung, I Ketut Putrayasa, S.Sn., M.Sn. (43).
Pemilik studio Rich Stone ini menuturkan, pemilihan lokasi bukan kebetulan, melainkan hasil riset panjang. Menurutnya, secara kosmologi ruang, tebing Broken Beach yang berlatarkan Samudera Hindia adalah tempat paling tepat untuk melahirkan karya monumental itu.
“Tempat ini sudah indah, tapi dengan patung ini, lanskapnya menjadi menyatu. Kehadirannya melengkapi dan memberi jiwa pada ruang,” ujar Putrayasa, di sela penugerahan Rekor Muri, di Nusa Penida, Kamis (25/9/2025).
Bukan sekadar bentuk raksasa, patung bambu ini sarat dengan pesan simbolik. Gurita dipilih karena dianggap sebagai salah satu makhluk laut paling cerdas—memiliki sembilan otak yang dapat bekerja serempak. Bagi Putrayasa, gurita melambangkan kecerdasan, ketangguhan, sekaligus kemampuan beradaptasi menghadapi tantangan.
Dalam karyanya, sang Ratu Gurita digambarkan memegang bunga teratai, yang dimaknai sebagai simbol harapan. “Setiap hari kita hidup dengan harapan. Harapan itu yang harus dijaga, sama seperti masyarakat Nusa Penida yang harus tangguh, tahan banting, dan tetap menjaga kebersamaan,” jelasnya.
Proses penciptaan karya ini memakan waktu lima bulan dengan melibatkan hampir 400 orang dari berbagai desa. Sekitar enam truk penuh bambu tali—jenis bambu yang lentur dan fleksibel—didatangkan dari Bangli untuk membentuk struktur patung. Demi ketahanan terhadap angin laut yang ekstrem, kerangka utamanya diperkuat dengan baja.
“Ini kerja kolektif, gotong royong. Dari memotong, memecah, hingga menyusun puluhan ribu bambu. Nilai kebersamaan itulah yang saya tonjolkan, karena seni sejati tidak pernah lahir dari individualisme,” ujar Putrayasa.
Meski berstatus rekor MURI, Putrayasa menyadari bahwa patung bambu ini bukanlah karya abadi. Umurnya diperkirakan hanya sekitar satu dekade. Namun, ia percaya yang abadi bukanlah material, melainkan memori dan makna yang ditinggalkan.
“Karya ini akan monumental dalam ingatan orang. Bahkan ketika kelak hilang, masyarakat akan merasa ada yang kurang di tempat ini,” ungkapnya.
Dengan biaya pembuatan mencapai miliaran rupiah, Octopus Queen kini menjadi ikon baru Nusa Penida, sekaligus pengingat agar pariwisata tetap berbasis budaya dan selaras dengan alam.
“Patung ini bukan sekadar instalasi seni, tapi juga alarm. Jangan sampai Nusa Penida mengulang kesalahan Bali—mengorbankan ruang hijau demi beton. Bunga teratai di tangan Ratu Gurita adalah simbol agar kita selalu menjaga harapan dan masa depan,” tutupnya.
Karya monumental ini kini terbuka untuk umum. Dengan latar Samudera Hindia yang megah, Octopus Queen bukan hanya memperkaya lanskap Nusa Penida, tetapi juga menghadirkan narasi baru tentang seni, kebersamaan, dan harapan untuk masa depan.
Ikon Baru
Sementara itu Yusuf Ngadri selaku Direktur Operasional MURI mengungkapkan, karya ini telah dilakukan proses yang matang hingga mencatatkan keputusan mendapatkan rekor MURI. “Karya seniman I Ketut Putrayasa benar-benar menjadi ikon baru di kawasan Nusa Penida. Karya ini simbol kekuatan kecerdasan. Karya Putrayasa merepresentasikan pesan hanya yang kuat yang bertahan, dengan karya instalasi anyaman bambu termegah, maka kita putuskan Octupus Queen ini tercatat sebagai rekor MURI Patung Anyaman Bambu Instalasi Terbesar di Indonesia ,” ucapnya.
Selaku Owner Swing Park, Mr. Adam mengapresiasi karya ini hadir di kawasan ujung Pulau Nusa Penida yang terkenal.
“Saya ingin bilang terimakasih kepada MURI dan Pak Ketut Putrayasa. Saya masih ingat waktu bertemu pertama kali di kantor saya. Saya marah karena konsep desain dan tempat lama banget. Pak Ketut bilang sabar-sabar. Saya artis, jangan diburu dia bilang begitu. Tapi hari ini saya lihat Octopus Queen ini. Saya sangat senang patung ini benar-benar luar biasa dan menjadi ikon baru, bukan hanya Nusa Penida saja melainkan Bali. Saya percaya proyek ini akan lebih besar dan nanti bisa mempromosikan Nusa Penida,” tandasnya. (MBP2)