Pemberitaan Puluhan Warga Hidup Mendapat Akta Kematian di Badung, Kesalahan Saat Migrasi Data dari Aplikasi

 Pemberitaan Puluhan Warga Hidup Mendapat Akta Kematian di Badung, Kesalahan Saat Migrasi Data dari Aplikasi

Kadisdukcapil A.A. Ngurah Arimbawa memberikan penjelasan dan klarifikasi, Rabu (15/9). (ist)

MANGUPURA – baliprawara.com

Terkait pemberitaan puluhan warga yang masing hidup mendapat akta kematian, mendapat klarifikasi dari Kadis Kependudukan dan Catatan Sipil (Disdukcapil) Kabupaten Badung A.A. Ngurah Arimbawa. Agung Arimbawa buka suara menanggapi, data yang disampaikan oleh KPU terhadap ada 90 warga yang masih hidup mendapat akta kematian.

Dijelaskan, Disdukcapil Badung telah melakukan validasi terhadap data tersebut. Hasil validasi dan kroscek ke Kepala Lingkungan, dari 90 warga yang disebutkan itu, ada 7 warga yang memang benar-benar meninggal. Sesuai data  by name by address, dan sudah menerima akta kematian tahun 2022. Selanjutnya ada terkait 8 orang lagi proses pencetakan akta berada di luar daerah Badung.  

“Yang 8 orang ini terbitan aktanya di luar daerah Badung, dan saat ini masih dilakukan konfirmasi terhadap kabupaten yang menerbitkan aktanya, apa benar meninggal dan bagaimana fakta di lapangan,” katanya didampingi Kabag Prokompim Made Suardita, dihadapan awak media di Ruang Press Room Bagian Prokompim, Rabu 15 September 2022, 

 

Lebih lanjut dikatakan, untuk 75 orang sisanya, datanya sudah diperbaharui, orangnya masih hidup dan tidak ada yang mendapat akta kematian. Mantan Camat Kuta Utara ini mengakui, memang pada tahun 2014-2016 pelayanan Disdukcapil menggunakan dua aplikasi Satu aplikasi lain yang mempunyai server tersendiri dan ada aplikasi SIAK. Aplikasi lain ini yang digunakan untuk pelayanan pencatatan sipil dengan tujuan agar mempermudah dan mempercepat proses pelayanan. 

See also  Madrasah Aliyah Negeri 1 Kediri Tertarik dengan FMIPA Unud

Setelah proses berjalan, pada tahun 2018 dilakukan migrasi dari aplikasi yang satu ke aplikasi SIAK. “Pada saat migrasi dari aplikasi tersendiri ke aplikasi SIAK, menyebabkan terjadinya kesalahan data. Disinilah munculnya 1 NIK dipakai oleh 2 orang, NIKnya sama, namanya sama, tapi alamat, tanggal lahir dan nama orang tuanya yang berbeda. NIK yang dipakai yang meninggal itu memang benar sudah meninggal, memang terbit seperti itu. Satu lagi yang namanya sama yang masih hidup kita sudah aktifkan dan tidak memegang akta kematian,” kata Arimbawa. (MBP)

 

redaksi

Related post