Pemotongan Tebing di Pecatu Tanpa Sepengetahuan Desa Adat, Terungkap Saat Ada Pakelem di Tengah Laut

 Pemotongan Tebing di Pecatu Tanpa Sepengetahuan Desa Adat, Terungkap Saat Ada Pakelem di Tengah Laut

Aktivitas pemotongan tebing kapur di pantai Pemutih, Pecatu, Badung.(ist)

MANGUPURA – baliprawara.com

Aktivitas pembangunan dengan cara pemotongan tebing kapur secara masif, kembali terjadi di wilayah Desa Pecatu, Kuta Selatan, Badung. Tepatnya di kawasan tebing kapur pantai Pemutih Pecatu.

Mirisnya, aktivitas yang diduga ilegal ini, tanpa sepengetahuan pihak desa adat Pecatu. Hal itu karena, akses menuju lokasi pemotongan tebing ini, hanya melalui salah satu sarana akomodasi yang ada di sana. Sehingga, akses sangat tertutup rapat dari aktivitas masyarakat.

Aktivitas pemotongan tebing ini baru diketahui warga, ketika ada kegiatan pakelem di tengah laut,  rangkaian pujawali di Pecatu. Saat prosesi pakelem itu, warga yang melintas dengan mengendarai jukung, melihat secara gamblang aktivitas pemotongan tebing ini dari tengah laut.

Bendesa Adat Pecatu, Made Sumerta, sangat menyayangkan adanya aktivitas pemotongan tebing yang diduga dilakukan secara ilegal ini. Pihak Desa Adat sendiri kata dia, baru mengetahui ada pemotongan tebing ini saat adanya prosesi pakelem di tengah laut. Hal itu karena akses menuju lokasi sangat tertutup dan hanya bisa diakses melalui salah satu akomodasi disana, dan hanya bisa dilihat dari tengah laut.

Setelah mengetahui aktivitas pemotongan tebing ini, pada bulan April lalu, pihaknya dari Desa Adat bahkan sudah melaporkan kepada Camat Kuta Selatan, dan pihak Satpol PP Badung serta instansi terkait. “Itu sudah saya sampaikan kepada Camat, SatPol PP dan instansi terkait, pada April 2024, tetapi sampai saat ini tidak tahu progresnya seperti apa,” kata Sumerta yang juga Anggota DPRD Badung ini, saat dikonfirmasi, Jumat 17 Mei 2024.

See also  Wabup Suiasa dan Wawali Jayanegara Hadiri Pemelaspasan Candi Gelung Pura Luhur Uluwatu

Ia khawatir bila aktivitas seperti ini terus dibiarkan, akan merusak alam di kawasan Pecatu. Selain itu, bila ini terus dibiarkan, bisa saja investor lain ikut melakukan aktivita sama. Upa seperti ini kata dia harus dikaji lagi, jangan karena dalih melakukan penataan, justru memotong tebing secara masif, yang mengakibatkan kawasan pecatu semakin bopeng.

“Mudah-mudahan ini bisa dicek izinnya. Kami selaku prajuru desa Adat Pecatu sudah melaporkan kepada pihak Kecamatan dan juga Satpol PP terkait adanya aktivitas seperti itu,” ujarnya.

Saat pertama kali warga melihat aktivitas ini, masih sedikit yang dipotong. Namun sekarang kondisinya sudah sangat parah, karena batu kapur sudah berjatuhan ke laut. Hal itu menurutnya sangat membahayakan sehingga banyak masyarakat yang protes. Karena di sepanjang pantai ini merupakan akses penyebrangan ke pantai labuan sait.

“Mudah-mudahan ini bisa segera di cek perizinannya. Kami.berharap kedepan tidak ada lagi aktivitas serupa yakni pemotongan yang merusak tebing, dengan dalih penataan tebing di Pecatu,” harapnya. (MBP)

 

redaksi

Related post