Perayaan Soma Ribek, Wujud Syukur Umat Hindu atas Karunia Pangan untuk Kehidupan

DENPASAR – baliprawara.com

Dua hari setelah Hari Raya Saraswati atau sehari setelah Banyu Pinaruh, umat Hindu merayakan hari suci Soma Ribek. Hari suci ini jatuh pada Senin Pon Wuku Sinta, sesuai dengan penanggalan Bali.

Menurut guru besar Universitas Negeri Hindu (UHN) IGB Sugriwa Denpasar, Prof. I Made Surada, Soma Ribek dapat diartikan hari Senin yang penuh (anugerah).
Dalam lontar Sundarigama disebutkan:
“….Soma Pon ngaran Soma Ribêk, prakêrtinira Sang Hyang Sri Amĕrtha, nggonira ring lumbung, pulu …., Ikang wwang tan wênang anambat pari, ngadol beras, katêmah de nira bhatari Sri, pakênania wênang astiti Sang Hyang Tri Pramana, angisêp sarining tattwa jñana, aja aturu rahina,…”

Terjemahannya :
Pada hari Soma Pon Sinta adalah Soma Ribek yaitu merupakan payogan Sang Hyang Sri Amĕrtha, berstana di Lumbung, Pulu…, Pada hari tersebut umat Hindu disarankan tidak menumbuk padi, menjual beras,..Sepatutnya melakukan pemujaan astiti bhakti kepada Sang Hyang Tri Pramana (Dewi Śrī, Dewi Sadhana dan Dewi Saraswati), memahami inti ajaran tattwa jñāna, tidak boleh tidur di siang hari.

Dikatakan, Hari Suci Soma Ribek merupakan wujud rasa syukur umat Hindu di Bali atas karunia pangan untuk hidup. Oleh karena itu pada Soma Ribek umat melakukan pemujaan kepada Dewi Śrī, yaitu sebagai dewi kesuburan dan sumber pangan.
Karena itu pada Soma Ribek, umat Hindu di Bali memuliakan pangan dengan menghaturkan upakara banten di lumbung (tempat menyimpan padi) dan di pulu (tempat menyimpan beras) di dapur sesuai dengan kemampuan.

Padi atau beras menurut masyarakat Hindu di Bali merupakan simbol amĕrtha. Oleh karena itu Soma Ribek dapat disebut sebagai Hari Pangan gaya Hindu di Bali.
Hari suci Soma Ribĕk merupakan momentum dan pengingat agar ilmu pengetahuan yang diperoleh saat Saraswati dapat digunakan secara bijak untuk hidup bersama. (MBP2)