Perekonomian Melandai, Bagaimana Dampaknya bagi Bali?

 Perekonomian Melandai, Bagaimana Dampaknya bagi Bali?

Prof. IB Raka Suardana

Oleh Prof. Dr. Ida Bagus Raka suardana, S.E., M.M.

Menjelang akhir Mei 2025, perekonomian Indonesia menunjukkan perlambatan yang signifikan. Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) nasional pada kuartal I 2025 sebesar 4,87% secara tahunan (year-on-year), menandai laju terendah dalam lebih dari tiga tahun terakhir.
Konsumsi rumah tangga, yang menyumbang lebih dari separuh PDB, hanya tumbuh 4,89%, terendah dalam lima kuartal terakhir, meskipun periode tersebut bertepatan dengan bulan Ramadan yang biasanya meningkatkan konsumsi.
Investasi juga mengalami perlambatan, dengan pertumbuhan hanya 2,12%, terendah dalam dua tahun terakhir.

Pemerintah merespons situasi ini dengan merencanakan paket stimulus ekonomi yang akan diluncurkan pada awal Juni 2025. Langkah-langkah yang direncanakan meliputi diskon listrik 50% untuk 79,3 juta rumah tangga, bantuan pangan untuk 18,3 juta keluarga berpenghasilan rendah, transfer tunai bagi pekerja berpenghasilan rendah, serta diskon pada tarif transportasi dan tol selama liburan sekolah. Stimulus ini bertujuan untuk mendorong konsumsi domestik dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi pada kuartal kedua.

Di Bali, perekonomian pada triwulan I 2025 tumbuh sebesar 5,52% secara tahunan, melampaui pertumbuhan nasional. Namun, jika dibandingkan dengan triwulan IV 2024, ekonomi Bali mengalami kontraksi sebesar 4,38%. Pertumbuhan ini didorong oleh sektor pariwisata dan konsumsi rumah tangga, dengan pengeluaran konsumsi rumah tangga tumbuh 5,31%. Meskipun demikian, ketergantungan yang tinggi terhadap sektor pariwisata membuat perekonomian Bali rentan terhadap fluktuasi eksternal.
Ketimpangan ekonomi juga menjadi tantangan di Bali. Wilayah selatan Bali, yang lebih maju, menikmati pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah utara dan timur yang masih bergantung pada sektor pertanian dan perikanan. Pemerintah Provinsi Bali telah menetapkan tujuh sektor prioritas dalam kerangka transformasi ekonomi “Bali Kerthi”, yang berfokus pada keberlanjutan, ketangguhan, dan kesejahteraan masyarakat. Upaya ini mencakup pengembangan sektor padat karya, UMKM, dan ekonomi kreatif, serta pembangunan infrastruktur seperti tol Gilimanuk-Mengwi untuk meningkatkan aksesibilitas wilayah di luar Bali selatan.

See also  Antisipasi Penyebaran Kasus Omicron, Pemerintah Mulai Siapkan Berbagai Hal

Bagi masyarakat Bali, perlambatan ekonomi nasional dan ketergantungan terhadap sektor pariwisata menimbulkan dampak signifikan. Penurunan jumlah wisatawan akibat ketegangan geopolitik dan wabah penyakit di negara lain dapat mengurangi pendapatan masyarakat yang bergantung secara langsung maupun tidak langsung pada sektor ini. Oleh karena itu, diversifikasi ekonomi melalui pengembangan sektor pertanian, perikanan, dan industri kreatif menjadi kunci untuk meningkatkan ketahanan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat Bali secara keseluruhan. (*)

Penulis Dekan Fak. Ekonomi & Bisnis (FEB) Undiknas Denpasar

Made Subrata

Related post