Peringati World Turtle Day, Komunitas Peduli Lingkungan Lepas Ratusan Tukik

 Peringati World Turtle Day, Komunitas Peduli Lingkungan Lepas Ratusan Tukik

GIANYAR – baliprawara.com

Komunitas Preventing Plastic Into Ocean (PPITO) menggandeng komunitas peduli lingkungan melepas ratusan ekor tukik di Pantai Saba, Kecamatan Blahbatuh, Jumat (21/5/2021). Pelepasliaran tukik ini dalam rangka memperingati World Turtle Day yang jatuh setiap 23 Mei. 

Koordinator komunitas PPITO, Putu Durga Laksmi Devi, mengajak masyarakat khususnya generasi muda untuk bersama menjaga kelestarian ekosistem penyu. Dengan cara membuat bersih kawasan pantai dari sampah plastik, lepasliarkan tukik, dan terpenting mengkampanyekan stop mengkonsumsi olahan daging penyu. “Mengajak masyarakat, utamanya generasi muda agar tidak mengkonsumsi olahan daging penyu, khususnya lawar. Demi menjaga ekosistem penyu yang ada,” jelas mahasiswi asal Klungkung ini. 

Sejumlah komunitas peduli lingkungan yang terlibat diantaranya Komunitas Toltol, Cokot-cokot, CUT, Teman Parta, Megaloman, BEM FIASB UNHI Denpasar, BEM IKBM UNHI Denpasar, Pemerintahan Desa Saba, Kecamatan Blahbatuh serta Desa Adat. Namun karena masih dalam suasana pandemi Covid-19, jumlah peserta setiap komunitas dibatasi. “Dengan tidak mengurangi makna, kegiatan ini taat protokol kesehatan,” jelasnya. 

Komunitas PPITO, kata Putu Durga, digagas oleh anak muda sebagai tanggapan kritis akan masalah sampah plastik yang terjadi di laut. Ancaman sampah plastik ini pula, dikhawatirkan akan merusak ekosistem penyu. 

Seperti diungkapkan Pengelolaan Konservasi Penyu Saba Asri, I Made Kikik, plastik yang mengambang di laut, biasanya dikira ubur-ubur oleh penyu. Sehingga, ketika plastik tersebut dikonsumsi otomatis akan membahayakan bagi kehidupan penyu itu sendiri. “Tak dimungkiri, saat ini masih ada yang membuang sampah ke sungai. Akibatnya, pantai jadi TPA. Plastik dikira ubur-ubur, dimakan penyu. Tentu ini bisa menyebabkan kematian penyu,” ungkapnya. 

See also  Gianyar Diguncang Gempabumi Tektonik M3,3

Dalam kesempatan itu, Made Kikik juga mengajak masyarakat stop konsumsi lawar penyu. “Mari kita kurangi konsumsi penyu. Kecuali untuk upacara. Karena perkembangan dari tukik menjadi penyu itu sangat lambat. Meski sering pelepasan tukik, persentase hidupnya kecil. Dari seribu yang disebar, paling bisa hidup sampai dewasa hanya 1 ekor. Itupun perlu waktu puluhan tahun,” ujarnya. 

Ancaman terhadap populasi penyu ini kata dia, juga saat bertelur. Ada yang mengambil sembarangan, direbus dan dikonsumsi.

Perbekel Saba, Made Redhana mengapresiasi kepedulian komunitas yang rutin melakukan pembersihan sampah plastik di kawasan Pantai Saba dan melakukan pelepasan tukik. Dalam mengurangi peredaran sampah plastik, 3 desa adat di wilayah ini aktif menggelar plastic exchange. “Antusiasme warga kami memilah sampah plastik mulai tergugah,” jelasnya. (MBP)

prawarautama

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *