Persembahyangan Tahun Baru Imlek di Vihara Dharmayana Kuta Kental Akulturasi Adat Hindu Bali
MANGUPURA – baliprawara.com
Perayaan Tahun Baru Imlek 2576 di Vihara Dharmayana Kuta, Badung, dipadati ribuan warga keturunan Tionghoa, Rabu 29 Januari 2025. Selain persembahyangan, vihara ini juga menyelenggarakan berbagai acara untuk menyambut Tahun Baru Imlek 2576.
Pada pukul 19.00 Wita, anak-anak vihara menampilkan atraksi wushu dan barongsai, yang disambut dengan antusias oleh umat dan masyarakat sekitar. Sementara, untuk rangkaian perayaan Imlek tahun ini, masih berlanjut pada 12 Februari 2025. Saat itu, akan diadakan perayaan Cap Go Meh, pada purnama pertama di Tahun Baru Imlek 2576.
Menurut Penanggung Jawab Pengurus Vihara Dharmayana Kuta, Adi Dharmaja Kusuma, umat juga akan melaksanakan persembahyangan Ciswak atau tolak bala, terutama bagi mereka yang bershio kera, macan, dan babi, karena diyakini berbenturan dengan shio ular kayu tahun ini. Persembahyangan ini dilakukan kepada Dewa Tai Sui untuk memohon perlindungan dan kelancaran hidup di tahun mendatang.
Suasana di Vihara yang diperkirakan sudah ada sejak tahun 1700, ini, tampak berbeda dibandingkan vihara pada umumnya. Yang mana, Vihara ini menyajikan suasana unik dengan akulturasi budaya Bali. Hiasan khas seperti penjor, umbul-umbul, lelontek, hingga sarana persembahyangan berupa canang terlihat di vihara yang berlokasi di Jalan Blambangan, Kelurahan/Kecamatan Kuta, Badung ini.
Adi Dharmaja mengungkapkan, terkait akulturasi budaya di vihara ini, telah terjalin sangat lama. “Akulturasi ini sudah terjalin apalagi pengemong keluarga besar Banjar Semadhi ini banyak mengambil saudara Hindu, jadi apa yang sudah diwarisi, kita hanya melanjutkan tentang kearifan lokal yang ada,” ujar Adi Darmaja.
Menurutnya, tradisi dan kearifan lokal yang telah diwariskan, terus dilanjutkan, seperti pemasangan penjor, umbul-umbul, lelontek, serta penggunaan canang dalam persembahyangan, dan mengenakan pakaian adat Bali. Setelah berdoa, mereka pun akan diperciki tirta air atau suci dan diberikan bija (biji beras, red), sebuah tradisi yang erat dengan adat Hindu Bali. “Kita memiliki prinsip tradisi, adat, budaya, setempat patut kita hormati karena itu merupakan nilai-nilai baik positif untuk kebahagiaan kita bersama,” tambahnya. (MBP)