Perupa Apel Hendrawan Terbitkan Biografi, Perjalanan Batin yang Mengubah Luka Jadi Sumber Kekuatan

 Perupa Apel Hendrawan Terbitkan Biografi, Perjalanan Batin yang Mengubah Luka Jadi Sumber Kekuatan

Suasana jumpa pers penerbitan buku biografi perupa Apel Hendrawan Sabtu (17/5) di Sanur.

SANUR – baliprawara.com

Nama Wayan Apel Hendrawan dalam dunia senirupa sudah tak asing lagi. Perupa asal Sanur ini memiliki pengalaman hidup yang menarik. Sempat mengalami kehidupan kelam– terlibat kasus narkoba.

Menarik, ketika menjalani masa rehabilitasi di RSJ Bangli, jiwa berkeseniannya terus menggelora. Ia yakin dengan berkarya seni ia akan bisa pulih. Benar, melukis itu obat mujarab bagi kesembuhan guncangan jiwanya.

Seperti dibukakan jalan terang. Saat rehabilitasi itu, Apel Hendrawan diberikan ruangan khusus untuk bisa melukis. Tapi, musibah sempat terjadi saat pemadalam listrik. Percikan api terpantik ketika ia membuat penerangan dari cat minyak. Kesenggol, api pun membesar. Ruangan itu terbakar. Kejadian itu menjadi viral di media cetak saat itu. Kemudian ia dipindahkan ke ruangan Bima, tinggal bersama pasien lain. Ia tak betah kemudian berontak dan melarikan diri sebanyak dua kali. Sekali gagal, kedua berhasil sampai tiba di rumahnya di bilangan Sanur.
Kembali berkumpul dengan keluarga, tapi ia harus berhadapan dengan bayang-bayang stigma negatif sebagai pemakai narkoba. Mencari pekerjaan susah. Untung ada sahabat yang menerima dengan memberikan pekerjaan seni, sehingga perlahan ia bisa menafkahi keluarga. Berpindah dari rumah tua, kemudian ia menempa diri di suatu tempat. Di tempat pengasingannya ini ia menekuni seni tatto, seni lukis, seni mural dan seni lainnya. Karya-karyanya makin terkenal dan mendapat apresiasi dari pecinta seni. Jadilah ia seperti sekarang. Selain jadi pemangku, ia seorang seniman dan aktivis yang menginspirasi. Tak tamat SMP, berkat ketekunannya berkarya, perjalanan hidupnya yang pernah kelam, kini bersinar cemerlang.

Pengalaman hidupnya itulah diabadikan dalam sebuah buku biografi yang ditulis Arif Bagus Prasetyo, Wayan Westa, Richard Horstman dan Dian Dewi Reich.
Buku tersebut bertema “50 Years, Journey. The Golden Age – Wayan Apel Hendrawan”. Buku setebal 220 halaman itu ditulis dalam rangka 50 tahun perjalanan berkaryanya.

See also  Pemkab Badung Ngaturang Bhakti Penganyar di Pura Ulun Danu Batur

Perupa Apel Hendrawan.

Ide pembuatan buku dan motivasi Apel Hendrawan menerbitkan buku tersebut disampaikan ke awak media dalam jumpa pers Sabtu, 17 Mei 2025 di Sanur Ink Tattoo Studio, Jalan Danau Tamblingan No. 212, Semawang Sanur, Bali.

Buku ini akan dilauching pada pembukaan pameran karya lukis dan instalasi karya Apel Hendrawan di Titik Dua Ubud pada 22 Mei 2025. Pameran yang berlangsung hingga 11 Juni 2025 mendatang, terselenggara atas kolaborasi Sawidji Studio & Gallery.

Sebuah Motivasi

“Buku ini adalah kisah perjalanan saya dari masa muda yang penuh pemberontakan, kecanduan, dan perjuangan melawan kegelapan, hingga titik ini di usia 50 tahun. Saya tidak menyebutnya sukses, tapi saya bertahan dan terus melangkah. Saya telah melewati banyak fase dari masa muda hingga proses kreatif, sambil membangun keluarga dan memikul tanggung jawab,” demikian motivasi Apel Hendrawan menerbitkan buku biografi.

Lahir dari keluarga penjahit yang cukup berada, Apel tidak menemukan tempat di dunia mereka. Mereka keluar dari sekolah saat SMP dan memilih jalan sendiri, yang membawanya ke dunia seni yakni lewat tatto manual, mural, dan berbagai bentuk ekspresi diri.

Namun, seni juga berjalan beriringan dengan kehancuran: narkoba, overdosis, dan waktu yang panjang di rumah sakit jiwa. Tapi ia terus berkarya.
“Seni tidak pernah benar-benar pergi. Saya telah melewati banyak fase, dari masa muda hingga proses kreatif, sambil membangun keluarga dan memikul tanggung jawab,” katanya.

Bagi Apel, seni bukan hanya soal visual, tapi cara hidup. Hidup itu sendiri adalah proses kreatif. Setiap pengalaman, setiap fase, adalah bagian dari karya yang lebih besar dan ia hanya berusaha terus menciptakan. Inilah alasan buku ini dibuat.

See also  Rangkaian Panggung Seni Tradisi, Tampilkan Okokan Nangluk Merana DTW Tanah Lot

Menarik

Sang penulis, Wayan Westa menyampaikan, perjalanan kreatif Apel Hendrawan yang penekun spiritual, amat menarik diabadikan dalam buku. Perjalanan hidup seniman multitalenta yang belajar secara otodidak ini penuh liku. Sempat mengalami kehidupan kelam, tetapi akhirnya dengan tekad kuat ia bisa keluar dan menemukan jatidirinya kembali. Ia “diselamatkan” oleh kegiatan kreatif, salah satunya dengan melukis. Perjalanan dan pengalaman hidupnya itulah yang menarik ditulis. Buku ini penting diterbitkan, selain sebagai catatan sendiri, juga sebagai catatan kebudayaan bagi generasi mendatang –perjalanan hidup dan jejak kreatif seorang Apel Hendrawan.

Dian Dewi Reich, Sawidji Founder yang juga berkolaborasi dalam penggarapan buku ini menyampaikan, di antara banyak karya seni yang diciptakan –diulang, mengikuti trend, dan dimanjakan oleh pasar, berapa banyak yang benar-benar melewati proses yang berat? Karya Apel Hendrawan berada di luar norma, perpaduan sejati antara disiplin estetika kontemporer, dan spiritualitas Bali yang otentik.
Buku ini hadir sebagai sebuah karya penting yang mendokumentaskan perjalanannya secara visual dan naratif. Buku ini memuat refleksi pribadi, tulisan kuratorial, esai budaya, foto karya dan perjalanan batin Apel Hendrawan yang mengubah luka menjadi kekuatan.

DNA Sanur

Sedangkan penulis Arif Bagus Prasetyo menyampaikan, selain menulis tetang kekaryaan Apel Hendrawan, dalam buku ini ia juga mendeskripsikan DNA Sanur. Sanur selain dikenal sebagai daerah pariwisata, juga memiliki DNA spiritualitas dan kesenian, seni sastra, seni tari dan senirupa. DNA Sanur itu menarik ditulis, dikaitkan dengan perjalanan kreatif Apel Hendrawan. Karya-karya Apel banyak mengambil spirit DNA Sanur. Karya-karya Apel banyak bertema alam, manusia dan spiritualitas. Karyanya juga dipengaruhi seni tattonya atau seni modre dan mandala. Selain seniman, Apel juga seorang aktivis yang sering membela kepentingan masyarakat. (MBP2)

Redaksi

Related post