PLN Ajak Petani Beralih ke Mesin Listrik, untuk Tingkatkan Produktivitas Sektor Pertanian
DENPASAR – baliprawara.com
Saat ini masyarakat Bali, khususnya sektor pariwisata masih berjuang untuk bangkit dari keterpurukan ekonomi akibat pandemi Covid -19. Namun, sektor lainnya seperti pertanian mampu bertahan dan menyokong ekonomi Bali.
Guna mendorong peningkatan produktivitas pelaku usaha di sektor pertanian inilah, PLN melalui program electrifying agriculture memberikan kemudahan untuk mendapatkan akses listrik. Terlebih kepada para pelaku usaha yang awalnya menggunakan mesin berteknologi diesel yang ingin beralih menjadi teknologi mesin berbasis listrik.
“Manfaatnya selain peningkatan produktivitas, juga efisiensi biaya produksi serta lebih ramah lingkungan,” jelas I Wayan Udayana, General Manager PLN UID Bali, Kamis (27/05/2021).
Udayana mengatakan bahwa, potensi Bali untuk membangkitkan perekonomian melalui sektor pertanian sangat besar. “Hingga bulan April, sebanyak 159 pelanggan telah menikmati program Electrifying Agriculture, antara lain untuk kebutuhan pengairan atau irigasi, penggilingan padi, dan penggunaan inovasi lainnya seperti lampu UV untuk menstimuli pertumbuhan tanaman,” ungkapnya.
Udayana juga menjelaskan bahwa, di masing-masing daerah memiliki potensi pengembangan program electrifying agriculture. “Misalnya saja di Kabupaten Jembrana dan Buleleng masih banyak petani yang menggunakan pompa air diesel untuk pengairan. Sedangkan di selatan Bali, masih banyak penggilingan padi yang menggunakan mesin diesel berbahan bakar solar yang tidak ramah lingkungan,” kata Udayana.
Kadek Ruma salah satu petani hortikultura bersama kelompoknya di Songan Kintamani memahami bahwa penggunaan solar dan oli yang sebelumnya ia gunakan untuk mesin pompa air dapat berpengaruh buruk pada biota danau. “Kami saat ini mengikuti teknologi terbaru yakni memanfaatkan mesin dengan listrik untuk pengairan, kami menyadari bahwa solar dan oli yang digunakan untuk mesin diesel yang kami gunakan sebelumnya dapat mencemari danau,” jelasnya.
I Kadek Sinar Suryaditya yang merupakan pengusaha beras dari Tabanan mengaku jika sebelumnya untuk penggilingan beras dibutuhkan biaya operasional sebesar Rp 7,5 juta untuk pembelian solar saja setiap 15 hari, maka setelah beralih ke mesin berbasis listrik, dirinya menghemat sekitar Rp2,5 juta. “Selain itu hasilnya lebih baik, karena RPM atau perputaran mesinnya lebih stabil jika dibandingkan dengan yang diesel,” jelas Kadek.
Pemilik usaha budidaya buah naga, Gede Wahyu turut memanfaatkan program electrifying agriculture dengan memasang sekitar 500 lampu pada lahan 1 ha miliknya. “Pemasangan lampu ini bertujuan untuk menstimuli pertumbuhan bunga pada tanaman buah naga. Sehingga pada bulan Mei-September yang biasanya tidak musim buah naga, berkat lampu ini tetap bisa menghasilkan buah naga,” terangnya.
PLN UID Bali telah melaksanakan penandatanganan kerja sama yakni dengan Bank BRI dan Bank Mandiri untuk mendukung para pelaku usaha memperoleh pembiayaan dalam program electrifying agriculture. Tujuannya agar dapat meningkatkan kesejahteraan petani dan pemberdayaan SDM pertanian melalui dukungan listrik dalam peningkatan produktivitas dan efisiensi. Tentunya program ini merupakan bagian dari semangat transformasi PLN untuk meningkatkan pelayanan listrik yang lebih mudah, terjangkau, dan andal untuk masyarakat Bali. (MBP)